MATERI KIMIA KELAS X
Keperiodikan sifat senyawa sederhana
a.
Keperiodikan sifat oksida
Oksigen dapat membentuk senyawa
(oksida) dengan hampir semua unsur, kecuali beberapa gas mulia. Inilah alasan
mengapa oksigen awalnya digunakan sebagai standar massa atom. Ketika prosedur
untuk menentukan massa atom belum disepakati secara penuh, saat itu lebih
nyaman digunakan ”ekuivalen”, yakni kuantitas zat yang tepat bereaksi dengan
sejumlah tertentu oksigen. Bahkan hingga kini, membandingkan sifat oksida sama
pentingnya dengan membandingkan sifat unsur-unsurnya.
Sebagian besar kalor pembentukan oksida, yakni kalor reaksi saat unsur bereaksi dengan oksigen, besar dan negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa paling tidak ada satu oksida stabil. Hanya terdapat beberapa oksida yang memiliki nilai kalor pembentukan positif, yakni oksida halogen atau gas mulia.
Untuk meyakinkan apakah nilai ini menunjukkan keperiodikan, kalor reaksi unsur dengan sejumlah tertentu (8 g) oksigen (bukan kalor reaksi per mol) diperhatikan. Representasi nilai kalor reaksi ini secara skematik yang diberikan di gambar 5.4. Untuk semua periode, nilai absolut kalor pembentukan cenderung menurun ketika nomor atom meningkat.
Sebagian besar kalor pembentukan oksida, yakni kalor reaksi saat unsur bereaksi dengan oksigen, besar dan negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa paling tidak ada satu oksida stabil. Hanya terdapat beberapa oksida yang memiliki nilai kalor pembentukan positif, yakni oksida halogen atau gas mulia.
Untuk meyakinkan apakah nilai ini menunjukkan keperiodikan, kalor reaksi unsur dengan sejumlah tertentu (8 g) oksigen (bukan kalor reaksi per mol) diperhatikan. Representasi nilai kalor reaksi ini secara skematik yang diberikan di gambar 5.4. Untuk semua periode, nilai absolut kalor pembentukan cenderung menurun ketika nomor atom meningkat.
Akan lebih mudah mengklasifikasikan
oksida berdasarkan keasaman dan kebasaannya karena hampir semua oksida bersifat
asam atau basa. Klasifikasi ini juga akan membantu pemahaman bab 9 yakni
pembahasan asam dan basa dibahas.
Produk reaksi antara oksida dan air biasanya memiliki gugus hidroksi. Sebagaimana akan didiskusikan nanti, banyak oksida bersifat asam bahkan bila oksida-oksida ini tidak memiliki hidrogen. Dalam hal produk reaksi antara oksida asam dan air, hidrogen dari gugus hidroksi cenderung terdisosiasi menjadi proton. Jadi, asam yang mengandung hidrogen asam terikat pada oksigen disebut asam okso. Di pihak lain, produk reaksi antara oksida basa dan air dinamai dengan hidroksida yang mengandung gugus hidroksi yang cenderung terdisosiasi sebagai ion hidroksida OH¯.
Oksida logam alkali atau alkali tanah kurang lebih akan larut dalam air dan menunjukkan sifat basa. Natrium oksida Na2O adalah cntoh khas oksida basa. Jadi,
Produk reaksi antara oksida dan air biasanya memiliki gugus hidroksi. Sebagaimana akan didiskusikan nanti, banyak oksida bersifat asam bahkan bila oksida-oksida ini tidak memiliki hidrogen. Dalam hal produk reaksi antara oksida asam dan air, hidrogen dari gugus hidroksi cenderung terdisosiasi menjadi proton. Jadi, asam yang mengandung hidrogen asam terikat pada oksigen disebut asam okso. Di pihak lain, produk reaksi antara oksida basa dan air dinamai dengan hidroksida yang mengandung gugus hidroksi yang cenderung terdisosiasi sebagai ion hidroksida OH¯.
Oksida logam alkali atau alkali tanah kurang lebih akan larut dalam air dan menunjukkan sifat basa. Natrium oksida Na2O adalah cntoh khas oksida basa. Jadi,
Na2O(s)
+ H2O → 2Na+(aq) + 2OH¯(aq) (5.5)
(aq) menunjukkan bahwa spesi ini ada
dalam larutan dalam air. Bahkan bila oksida ini sedikit larut dalam air, oksida
ini tetap basa bila bereaksi dengan air.
Oksida unsur-unsur golongan 13 reaktif baik pada asam dan basa dan dinamai dengan oksida amfoter. Contoh yang terbaik adalah Al2O3.
Oksida unsur-unsur golongan 13 reaktif baik pada asam dan basa dan dinamai dengan oksida amfoter. Contoh yang terbaik adalah Al2O3.
Al2O3
+ 6HCl → 2AlCl3 + 3H2O (5.6)
Al2O3
+ 2NaOH + 3H2O → 2Na[Al(OH)4]2 (5.7)
Sebagian besar oksida non logam
bersifat asam. Kekuatan asamnya meningkat dari kiri ke kanan dalam satu periode
dalam tabel periodik. Dengan kata lain, keasaman menjadi lebih kuat dengan
meningkatnya sifat non logamnya. Sebagaimana unsur golongan 14, karbon memiliki
dua oksida, CO dan CO2, dan keasaman CO2 lemah (H2CO3
adalah asam lemah). Oksida karbon berwujud gas tetapi oksida silikon dan
unsur-unsur di bawahnya berwujud padat. SiO2 tidak larut dalam air,
tetapi oksida ini bersifat asam karena bereaksi dengan basa.
SiO2
+ 2NaOH → Na2SiO3 + H2O (5.8)
Sebaliknya, banyak oksida golongan
15 dan 16 larut dalam air. SO3 dan P4O10
adalah oksida asam karena oksida ini bereaksi dengan air menghasilkan proton.
Untuk unsur-unsur, ada beberapa oksida yang berkaitan dengan beberapa bilangan
oksidasi. Ada dua oksida belerang dengan bilangan oksidasi +4 dan +6. Contoh
khasnya adalah oksida nitrogen. Di Tabel 5.8, sederet oksida nitrogen dan
hidridanya didaftarkan. Oksida-oksida ini akan didiskusikan lebih lanjut nanti.
Tabel 5.8
Bilangan oksidasi berbagai oksida nitrogen.
Bilangan
oksidasi
|
Senyawa
|
Rumus
Lewis
|
-3
|
Amonia
|
|
-2
|
Hidrazin
|
|
-1
|
Hidroksilamin
|
|
0
|
Nigtrogen
|
|
1
|
Dinitrogen
oksida
|
|
2
|
Nitrogen
oksida
|
|
3
|
Dinitrogen
dioksida
|
|
4
|
Asam
nitrat
|
Bila suatu
unsur memiliki lebih dari satu oksida, oksida dengan bilangan oksidasi lebih
tinggi memiliki keasaman yang lebih besar daripada yang berbilangan oksidasi
lebih rendah. Untuk belerang, SO2 (asam oksonya; H2SO3)
adalah asam lemah tetapi SO3 (H2SO4) adalah
asam kuat. Keasaman oksida khlorin meningkat dengan urutan sebagai yang
ditunjukkan berikut ini.
Cl2O (HClO) < Cl2O3
(HClO2) < Cl2O5 (HClO3) < Cl2O7
(HClO4)
Keasaman Cl2O (HClO) adalah asam sangat lemah sementara Cl2O7 (HClO4) adalah asam kuat.
Tabel 5.9 memberikan oksida dengan bilangan oksidasi tertinggi diantara unsur golongan utama dan kepriodikan keasaman/kebasaan. Catat bahwa oksida amfoter terletak di sudut atas kiri ke sudut kanan bawah tabel periodik.
Keasaman Cl2O (HClO) adalah asam sangat lemah sementara Cl2O7 (HClO4) adalah asam kuat.
Tabel 5.9 memberikan oksida dengan bilangan oksidasi tertinggi diantara unsur golongan utama dan kepriodikan keasaman/kebasaan. Catat bahwa oksida amfoter terletak di sudut atas kiri ke sudut kanan bawah tabel periodik.
b.
Keperiodikan sifat hidrida
Sebagian besar unsur golongan utama
menghasilkan hidrida ketika bereaksi dengan hidrogen, tetapi kestabilan
hidridanya bergantung pada letak unsur dalam tabel periodik. Hidrida unsur
golongan 1 dan 2 yang elektropositif dan unsur golongan 16 dan 17 yang
elektronegatif bersifat stabil, sementara hidrida golongan 13, 14, dan 15 unsur
logam berat kadang sukar disintesis.
Tabel 5.9
Keasaman dan kebasaan oksida unsur golongan utama.
Hidrida unsur logam alkali dan logam
alkali tanah adalah kristal tak berwarna, dan dengan elektrolisis lelehan
hidrida akan dihasilkan hidrogen di anoda. Fakta ini menyarankan bahwa hidrida
logam ini, misalnya natrium hidrida, ada sebagai Na+H¯, sebagai
kristal mirip garam. Semua hidrida ini adalah basa kuat.
Beberapa unsur golongan 13 dan 14 memiliki lebih dari satu hidrida. Misalnya, hidrida karbon tidak hanya metana CH4, tetapi juga karbena CH2, walaupun sukar mengisolasi CH2 sebab ketakstabilannya yang terlalu besar. Semua hidrida unsur golongan 14 termasuk metana adalah molekul kovalen. Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik, karakter kovalen hidrida menurun dan karakter ioniknya meningkat. Ikatan O-H dalam air dan ikatan Cl-H dalam hidrogen khlorida, misalnya, dianggap polar, dan berdisosiasi di air menghasilkan H+. Sebaliknya, keasaman metana bisa diabaikan.
Umumnya hidrida unsur golongan utama adalah molekul, hidrida jenis ini memiliki titik didih dan titik lelh yang khas, dan menunjukkan keperiodikan. Namun, hidrida unsur periode 2 tidak terlalu berperilaku seperti itu. Misalnya, titik didihnya jauh lebih besar daripada hidrida unsur periode ke3 (gambar 5.5).
Beberapa unsur golongan 13 dan 14 memiliki lebih dari satu hidrida. Misalnya, hidrida karbon tidak hanya metana CH4, tetapi juga karbena CH2, walaupun sukar mengisolasi CH2 sebab ketakstabilannya yang terlalu besar. Semua hidrida unsur golongan 14 termasuk metana adalah molekul kovalen. Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik, karakter kovalen hidrida menurun dan karakter ioniknya meningkat. Ikatan O-H dalam air dan ikatan Cl-H dalam hidrogen khlorida, misalnya, dianggap polar, dan berdisosiasi di air menghasilkan H+. Sebaliknya, keasaman metana bisa diabaikan.
Umumnya hidrida unsur golongan utama adalah molekul, hidrida jenis ini memiliki titik didih dan titik lelh yang khas, dan menunjukkan keperiodikan. Namun, hidrida unsur periode 2 tidak terlalu berperilaku seperti itu. Misalnya, titik didihnya jauh lebih besar daripada hidrida unsur periode ke3 (gambar 5.5).
Karena titik didih hidrida unsur
periode ke-3, dan selanjutnya, semakin tinggi dan menunjukkan keperiodikan,
jelas sifat hidrida unsur periode ke-2 merupakan kekecualian. Dikenali dengan
baik bahwa pembentukan ikatan hidrogen di hidrida unsur periode ke-2 merupakan
alasan hal ini. Ikatan hidrogen terjadi dalam senyawa yang memiliki ikatan
antara hidrogen dan unsur elektronegatif. Ikatan H-X terpolarisasi menjadi H+-X¯.
Interaksi tarikan antara dipol yang terbentuk adalah gaya dorong ikatan
hidrogen.
Sifat-sifat fisik seperti titik didih dan titik leleh sedikit banyak menunjukkan keperiodikan. Di antara unsur yang ada dalam golongan yang sama, keperiodikan ini kadang jelas. Misalnya, di antara halogen perubahan unsur dari gas menjadi cair, dan dari cair menjadi padat. Perubahan ini tidak harus seragam. Nitrogen adalah gas, tetapi fosfor dan unsur lain adalah padat. Jelas terlihat ada ketidakkontinyuan di sini.
Latihan
5.1 Konfigurasi elektron atom. Tanpa merujuk ke tabel periodik, tuliskan konfigurasi elektron dan nomor golongan dalam tabel periodik untuk unsur dengan nomor-nomor atom berikut: 3, 8, 14, 17, 32, 37, 56
Jawab :
Cek jawaban anda dengan mencocokkannya dengan tabel periodik.
5.2 Tingkat energi orbital atom. Pilihlah dari setiap pasangan yang memiliki energi lebih tinggi:
(a) 3d, 4s (b) 4p, 5s (c ) 4s, 4p
Jawab:
(a) 3d (b) 5s (c ) 4p
5.3 Afinitas elektron. Dari setiap kelompok tiga spesi kimia, pilihlah yang afinitas elektronnya paling tinggi dan pilihlah yang paling kecil.
(a) Ge, Si, C (b) Cl, Cl¯, Cl+
Jawab: (a) C, Ge (b) Cl+, Cl¯
5.4 Energi ionisasi
Energi ionisasi ke-2 didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron kedua dari ion atom tersebut. Energi ionisasi ke-3 dan ke-4 didefinisikan dengan cara yang sama. Pilihlah dari unsur X, Y dan Z yang jelas menunjukkan sifat (a), (b) dan (c) berikut.
(a) membentuk senyawa ionik monovalen dengan khlorin (b) membentuk ikatan kovalen dengan khlorin (c) memiliki bilangan oksidasi +2 dalam sebagian besar kasus. Atom/energi ionisasi pertama ke-2 ke-3 ke-4 X 738 1450 7730 10550 Y 800 2427 3658 25024 Z 495 4563 6912 9540 Jawab X mungkin adalah anggota golongan logam alkali tanah karena baik energi ionisasi ke-1 dan ke2nya rendah. Anda dapat menyimpulkan bahwa Y adalah anggota golongan 13 dan Z adalah unsur golongan 1. (a) Z (b) Y (c) X
5.5 Ukuran atom dan ion. Susun setiap kuartet spesi ini sesuai dengan urutan kenaikan jari-jarinya.
(a) Ar, Cl¯, K+, S2¯ (b) C, Al, F, Si (c) Na, Mg, Ar, P (d) I¯, Ba2+, Cs+, Xe
Jawab :
(a) K+ < Cl¯ < S2¯ < Ar (b) F < C < Si < Al (c) P < Mg < Na < Ar (d) Ba2+ < Cs+ < I¯ < Xe.
Sifat-sifat fisik seperti titik didih dan titik leleh sedikit banyak menunjukkan keperiodikan. Di antara unsur yang ada dalam golongan yang sama, keperiodikan ini kadang jelas. Misalnya, di antara halogen perubahan unsur dari gas menjadi cair, dan dari cair menjadi padat. Perubahan ini tidak harus seragam. Nitrogen adalah gas, tetapi fosfor dan unsur lain adalah padat. Jelas terlihat ada ketidakkontinyuan di sini.
Latihan
5.1 Konfigurasi elektron atom. Tanpa merujuk ke tabel periodik, tuliskan konfigurasi elektron dan nomor golongan dalam tabel periodik untuk unsur dengan nomor-nomor atom berikut: 3, 8, 14, 17, 32, 37, 56
Jawab :
Cek jawaban anda dengan mencocokkannya dengan tabel periodik.
5.2 Tingkat energi orbital atom. Pilihlah dari setiap pasangan yang memiliki energi lebih tinggi:
(a) 3d, 4s (b) 4p, 5s (c ) 4s, 4p
Jawab:
(a) 3d (b) 5s (c ) 4p
5.3 Afinitas elektron. Dari setiap kelompok tiga spesi kimia, pilihlah yang afinitas elektronnya paling tinggi dan pilihlah yang paling kecil.
(a) Ge, Si, C (b) Cl, Cl¯, Cl+
Jawab: (a) C, Ge (b) Cl+, Cl¯
5.4 Energi ionisasi
Energi ionisasi ke-2 didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron kedua dari ion atom tersebut. Energi ionisasi ke-3 dan ke-4 didefinisikan dengan cara yang sama. Pilihlah dari unsur X, Y dan Z yang jelas menunjukkan sifat (a), (b) dan (c) berikut.
(a) membentuk senyawa ionik monovalen dengan khlorin (b) membentuk ikatan kovalen dengan khlorin (c) memiliki bilangan oksidasi +2 dalam sebagian besar kasus. Atom/energi ionisasi pertama ke-2 ke-3 ke-4 X 738 1450 7730 10550 Y 800 2427 3658 25024 Z 495 4563 6912 9540 Jawab X mungkin adalah anggota golongan logam alkali tanah karena baik energi ionisasi ke-1 dan ke2nya rendah. Anda dapat menyimpulkan bahwa Y adalah anggota golongan 13 dan Z adalah unsur golongan 1. (a) Z (b) Y (c) X
5.5 Ukuran atom dan ion. Susun setiap kuartet spesi ini sesuai dengan urutan kenaikan jari-jarinya.
(a) Ar, Cl¯, K+, S2¯ (b) C, Al, F, Si (c) Na, Mg, Ar, P (d) I¯, Ba2+, Cs+, Xe
Jawab :
(a) K+ < Cl¯ < S2¯ < Ar (b) F < C < Si < Al (c) P < Mg < Na < Ar (d) Ba2+ < Cs+ < I¯ < Xe.
Selingan-Pelopor
yang tak terkenali
Hanya sedikit kimiawan yang tertarik pada keperiodikan
unsur. Kimiawan Inggris John Alexandere Reina Newlands (1837-1898) adalah salah
satu di antaranya. Sekitar tahun 1865, ia menyusun unsur menurut kenaikan massa
atom 60 unsur yang saat itu telah dikenali, dan ia menyusunnya dalam tabel yang
terdiri atas delapan baris dan enam kolom. Ia terkejut, ia mengamati bahwa
unsur pertama dan ke-8 dan selanjutnya, ke-8 dan ke-15 memiliki sifat yang
mirip. Dengan kata lain, unsur dengan sifat yang mirip akan muncul pada unsur
ke-8. Kemunculan kemiripan setiap urutan ke-8 sangat mirip dengan yang ada
dalam notasi musik. Ia mengumumkan penemuannya pada pertemuan ilmiah, dan
menyebutnya dengan nama hukum oktaf. Ilmuwan Inggris pada waktu itu
mengolok-oloknya, menanyakan padanya apa yang akan terjadi bila orang menyusun
unsur dalam urutan alfabetis.
Sifat periodik unsurnya
a.
Energi Ionisasi pertama
Bila unsur-unsur disusun sesuai
dengan massa atomnya, sifat unsur atau senyawa menunjukkan keperiodikan, dan
pengamatan ini berujung pada penemuan hukum periodik. Konfigurasi elektron
unsur menentukan tidak hanya sifat kimia unsur tetapi juga sifat fisiknya.
Keperiodikan jelas ditunjukkan sebab energi ionisasi atom secara langsung
ditentukan oleh konfigurasi elektron. Energi ionisasi didefinisikan sebagai
kalor reaksi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari atom netral,
misalnya, untuk natrium:
Na(g) →Na+(g) + e- (5.1)
Energi ionisasi pertama, energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron pertama, menunjukkan keperodikan yang sangat jelas sebagaimana terlihat di gambar 5.1. Untuk periode manapun, energi ionisasi meningkat dengan meningkatnya nomor atom dan mencapai maksium pada gas mulia. Daam golongan yang sama energi ionisasi menurun dengan naiknya nomor atom. Kecenderungan seperti ini dapat dijelaskan dengan jumlah elektron valensi, muatan inti, dan jumlah elektron dalam.
Energi ionisasi kedua dan ketiga didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron kedua dan ketiga.
Na(g) →Na+(g) + e- (5.1)
Energi ionisasi pertama, energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron pertama, menunjukkan keperodikan yang sangat jelas sebagaimana terlihat di gambar 5.1. Untuk periode manapun, energi ionisasi meningkat dengan meningkatnya nomor atom dan mencapai maksium pada gas mulia. Daam golongan yang sama energi ionisasi menurun dengan naiknya nomor atom. Kecenderungan seperti ini dapat dijelaskan dengan jumlah elektron valensi, muatan inti, dan jumlah elektron dalam.
Energi ionisasi kedua dan ketiga didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron kedua dan ketiga.
Gambar 5.1
Energi ionisasi pertama atom. Untuk setiap perioda, energi ionisai minimum untuk
logam alkali dan maksimumnya untuk gas mulia.
Contoh Soal
5.2 Energi ionisasi.
Tiga atom memiliki konfigurasi elektron sebagai berikut
(1) 1s22s22p6 (2) 1s22s22p63s1 (3) 1s22s22p63s2
Manakah yang memiliki energi ionisasi tertinggi? Usulkan atom manakah yang energi ionisasi keduanya tertinggi?
Jawab. Atom (1) memiliki kulit penuh, dan akan memiliki enerhi ionisasi pertama tertinggi. Atom (2) dan(3) berturut-turut adalah natrium dan magnesium. Elektron kedua yang akan dikeluarkan adalah elektron 3s untuk Na dan elektron 3s untuk Mg. Anda dapat membayangkan bahwa elektron lebih luar akan lebih mudah dikeluarkan dibandingkan dengan elektron yang lebih dalam.
5.2 Energi ionisasi.
Tiga atom memiliki konfigurasi elektron sebagai berikut
(1) 1s22s22p6 (2) 1s22s22p63s1 (3) 1s22s22p63s2
Manakah yang memiliki energi ionisasi tertinggi? Usulkan atom manakah yang energi ionisasi keduanya tertinggi?
Jawab. Atom (1) memiliki kulit penuh, dan akan memiliki enerhi ionisasi pertama tertinggi. Atom (2) dan(3) berturut-turut adalah natrium dan magnesium. Elektron kedua yang akan dikeluarkan adalah elektron 3s untuk Na dan elektron 3s untuk Mg. Anda dapat membayangkan bahwa elektron lebih luar akan lebih mudah dikeluarkan dibandingkan dengan elektron yang lebih dalam.
b.
Afinitas elektron dan keelektronegatifan
Afinitas elektron didefinisikan
sebagai kalor reaksi saat elektron ditambahkan kepada atom netral gas, yakni
dalam reaksi.
F(g) + e¯ → F¯(g) (5.2)
Nilai positif mengindikasikan reaksi eksoterm, negatif menunjukkan reaksi endoterm. Karena tidak terlalu banyak atom yang dapat ditambahi elektron pada fasa gas, data yang ada terbatas jumlahnya dibandingkan jumlah data untuk energi ionisasi. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa afinitas elektron lebih besar untuk non logam daripada untuk logam.
F(g) + e¯ → F¯(g) (5.2)
Nilai positif mengindikasikan reaksi eksoterm, negatif menunjukkan reaksi endoterm. Karena tidak terlalu banyak atom yang dapat ditambahi elektron pada fasa gas, data yang ada terbatas jumlahnya dibandingkan jumlah data untuk energi ionisasi. Tabel 5.6 menunjukkan bahwa afinitas elektron lebih besar untuk non logam daripada untuk logam.
Tabel 5.6
Afinitas elektron atom.
H
|
72,4
|
C
|
122,5
|
F
|
322,3
|
Li
|
59,
|
O
|
141,8
|
Cl
|
348,3
|
Na
|
54,0
|
P
|
72,4
|
Br
|
324,2
|
K
|
48,2
|
S
|
200,7
|
I
|
295,2
|
Besarnya kenegativan(elektron) yang
didefinisikan dengan keelektronegatifan (Tabel 5.7), yang merupakan ukuran
kemampuan atom mengikat elektron. Kimiawan dari Amerika Robert Sanderson
Mulliken (1896-1986) mendefinisikan keelektronegativan sebanding dengan
rata-rata aritmatik energi ionisasi dan afinitas elektron.
Tabel 5.7
Keelektronegativitan unsur golongan utama elements (Pauling)
Pauling mendefinisikan perbedaan
keelektronegativan antara dua atom A dan B sebagai perbedaan energi ikatan
molekul diatomik AB, AA dan BB. Anggap D(A-B), D(A-A) dan D(B-B) adalah energi
ikatan masing-masing untuk AB, AA dan BB. D(A-B) lebih besar daripada rata-rata
geometri D(A-A) dan D(B-B). Hal ini karena molekul hetero-diatomik lebih stabil
daripada molekul homo-diatomik karena kontribusi struktur ionik. Akibatnya,
∆(A-B), yang didefinisikan sebagai berikut, akan bernilai positif:
|xA
-xB|= √D(A-B) (5.4)
xA dan xB
adalah keelektronegativan atom A dan B.
Apapun skala keelektronegativan yang dipilih, jelas bahwa keelektronegativan meningkat dari kiri ke kanan dan menurun dari atas ke bawah. Keelketroegativan sangat bermanfaat untuk memahami sifat kimia unsur.
Informasi lain yang bermanfaat dapat disimpulkan dari Tabel 5.7. Perbedaan keelektronegativan antara dua atom yang berikatan, walaupun hanya semi kuantitatif, berhubungan erat dengan sifat ikatan kimia seperti momen dipol dan energi ikatan..
Misalnya ada distribusi muatan yang tidak sama dalam ikatan A-B (xA > xB). Pasangan muatan positif dan negatif ±q yang dipisahkan dengan jarak r akan membentuk dipol (listrik).
Apapun skala keelektronegativan yang dipilih, jelas bahwa keelektronegativan meningkat dari kiri ke kanan dan menurun dari atas ke bawah. Keelketroegativan sangat bermanfaat untuk memahami sifat kimia unsur.
Informasi lain yang bermanfaat dapat disimpulkan dari Tabel 5.7. Perbedaan keelektronegativan antara dua atom yang berikatan, walaupun hanya semi kuantitatif, berhubungan erat dengan sifat ikatan kimia seperti momen dipol dan energi ikatan..
Misalnya ada distribusi muatan yang tidak sama dalam ikatan A-B (xA > xB). Pasangan muatan positif dan negatif ±q yang dipisahkan dengan jarak r akan membentuk dipol (listrik).
Arah dipol dapat direpresentasikan
dengan panah yang mengarah ke pusat muatan negatif dengan awal panah berpusat
di pusat muatan positif. Besarnya dipol, rq, disebut momen dipol. Momen dipol
adalah besaran vektor dan besarnya adalah µ dan memiliki arah.
Besarnya momen dipol dapat ditentukan dengan percobaan tetapi arahnya tidak dapat. Momen dipol suatu molekul (momen dipol molekul) adalah resultan vektor momen dipol ikatan-ikatan yang ada dalam molekul. Bila ada simetri dalam molekul, momen dipol ikatan yang besar dapat menghilangkan satu sama lain sehingga momen dipol molekul akan kecil atau bahkan nol.
Contoh Soal 5.3 Momen dipol ikatan dan momen dipol molekul.
(a) Jawab pertanyaan berikut tentang hidrogen khlorida HCl dan karbon tetrakhlorida CCl4. Tunjukkan bagaimana arah momen dipol untuk tiap senyawa. Usulkan apakah senyawa ini memiliki momen dipol atau tidak. (b) Karbon dioksida CO2 dan sulfur trioksida SO3 tidak memiliki momen dipol molekul. Usulkan struktur molekul senyawa-senyawa ini berdasarkan pengamatan ini.
Jawab.
(a) Arah momen dipol ikatan ditunjukkan di bawah ini. HCl memiliki dipol molekular, sementara CCl4 tidak memiliki momen dipol sebab momen dipol ikatan akan menghilangkan satu sama lain. (b) Kedua senyawa harus simetris agar dipol ikatan C-O dan S-O yang besar akan saling meniadakan. Jadi CO2 berbentuk linear sementara SO3 adalah segitiga.
Besarnya momen dipol dapat ditentukan dengan percobaan tetapi arahnya tidak dapat. Momen dipol suatu molekul (momen dipol molekul) adalah resultan vektor momen dipol ikatan-ikatan yang ada dalam molekul. Bila ada simetri dalam molekul, momen dipol ikatan yang besar dapat menghilangkan satu sama lain sehingga momen dipol molekul akan kecil atau bahkan nol.
Contoh Soal 5.3 Momen dipol ikatan dan momen dipol molekul.
(a) Jawab pertanyaan berikut tentang hidrogen khlorida HCl dan karbon tetrakhlorida CCl4. Tunjukkan bagaimana arah momen dipol untuk tiap senyawa. Usulkan apakah senyawa ini memiliki momen dipol atau tidak. (b) Karbon dioksida CO2 dan sulfur trioksida SO3 tidak memiliki momen dipol molekul. Usulkan struktur molekul senyawa-senyawa ini berdasarkan pengamatan ini.
Jawab.
(a) Arah momen dipol ikatan ditunjukkan di bawah ini. HCl memiliki dipol molekular, sementara CCl4 tidak memiliki momen dipol sebab momen dipol ikatan akan menghilangkan satu sama lain. (b) Kedua senyawa harus simetris agar dipol ikatan C-O dan S-O yang besar akan saling meniadakan. Jadi CO2 berbentuk linear sementara SO3 adalah segitiga.
c.
Bilangan oksidasi atom
Terdapat hubungan yang jelas antara
bilangan oksidasi (atau tingkat oksidasi) atom dan posisinya dalam tabel
periodik. Bilangan oksidasi atom dalam senyawa kovalen didefinisikan sebagai
muatan imajiner atom yang akan dimiliki bila elektron yang digunakan bersama
dibagi sama rata antara atom yang berikatan (kalau atom yang berikatan sama)
atau diserahkan semua ke atom yang lebih kuat daya tariknya (kalau yang
berikatan atom yang berbeda).
(1)
UNSUR GOLONGAN UTAMA
Untuk unsur golongan utama, bilangan
oksidasi dalam banyak kasus adalah jumlah elektron yang akan dilepas atau
diterima untuk mencapai konfigurasi elektron penuh, ns2np6
(kecuali untuk periode pertama) atau konfigurasi elektron nd10
(gambar 5.2).
Hal ini jelas untuk unsur-unsur periode yang rendah yang merupakan anggota golongan 1, 2 dan 13-18. Untuk periode yang lebih besar, kecenderungannya memiliki bilangan oksidasi yang berhubungan dengan konfigurasi elektron dengan elektron ns dipertahankan dan elektron np akan dilepas. Misalnya, timah Sn dan timbal Pb, keduanya golongan 14, memiliki bilangan oksidasi +2 dengan melepas elektron np2 tetapi mempertahankan elektron ns2, selain bilangan oksidasi +4. Alasan yang sama dapat digunakan untuk adanya fakta bahwa fosfor P dan bismut Bi, keduanya golongan 15 dengan konfigurasi elektron ns2np3, memilki bilangan oksidasi +3 dan +5.
Umumnya, pentingnya bilangan oksidasi dengan elektron ns2 dipertahankan akan menjadi semakin penting untuk periode yang lebih besar. Untuk senyawa nitrogen dan fosfor, bilangan oksidasi +5 dominan, sementara untuk bismut yang dominan adalah +3 dan bilangan oksidasi +5 agak jarang.
Unsur logam dan semilogam (silikon Si atau germanium Ge) jarang memiliki nilai bilangan oksidasi negatif, tetapi bagi non logam fenomena ini umum dijumpai. Dalam hidrida nitrogen dan fosfor, NH3 dan PH3, bilangan oksidasi N dan P adalah–3. Semakin tinggi periode unsur, unsur akan kehilangan sifat ini dan bismut Bi tidak memiliki bilangan oksidasi negatif. Di antara unsur golongan 16, bilangan oksidasi-2 dominan seperti dalam kasus oksigen O. Kecenderungan ini lagi-lagi akan menurun untuk unsur-unsur di periode lebih tinggi. Misalkan oksigen hanya memiliki bilangan oksidasi negatif, tetapi S memiliki bilangan oksidasi positif seperti +4 dan +6 yang juga signifikan.
Hal ini jelas untuk unsur-unsur periode yang rendah yang merupakan anggota golongan 1, 2 dan 13-18. Untuk periode yang lebih besar, kecenderungannya memiliki bilangan oksidasi yang berhubungan dengan konfigurasi elektron dengan elektron ns dipertahankan dan elektron np akan dilepas. Misalnya, timah Sn dan timbal Pb, keduanya golongan 14, memiliki bilangan oksidasi +2 dengan melepas elektron np2 tetapi mempertahankan elektron ns2, selain bilangan oksidasi +4. Alasan yang sama dapat digunakan untuk adanya fakta bahwa fosfor P dan bismut Bi, keduanya golongan 15 dengan konfigurasi elektron ns2np3, memilki bilangan oksidasi +3 dan +5.
Umumnya, pentingnya bilangan oksidasi dengan elektron ns2 dipertahankan akan menjadi semakin penting untuk periode yang lebih besar. Untuk senyawa nitrogen dan fosfor, bilangan oksidasi +5 dominan, sementara untuk bismut yang dominan adalah +3 dan bilangan oksidasi +5 agak jarang.
Unsur logam dan semilogam (silikon Si atau germanium Ge) jarang memiliki nilai bilangan oksidasi negatif, tetapi bagi non logam fenomena ini umum dijumpai. Dalam hidrida nitrogen dan fosfor, NH3 dan PH3, bilangan oksidasi N dan P adalah–3. Semakin tinggi periode unsur, unsur akan kehilangan sifat ini dan bismut Bi tidak memiliki bilangan oksidasi negatif. Di antara unsur golongan 16, bilangan oksidasi-2 dominan seperti dalam kasus oksigen O. Kecenderungan ini lagi-lagi akan menurun untuk unsur-unsur di periode lebih tinggi. Misalkan oksigen hanya memiliki bilangan oksidasi negatif, tetapi S memiliki bilangan oksidasi positif seperti +4 dan +6 yang juga signifikan.
Contoh Soal 5.4 Bilangan oksidasi atom. Tentukan bilangan oksidasi unsur
berikut.
- Mn dalam MnSO4, Mn2O3,
MnO2, MnO4¯, MnO4¯2
- As dalam As2O3, AsO¯, AsO4¯3,
AsH3 (As)
- I dalam I¯, IO¯, IO3¯, I2, ICl3,
ICl2¯
Jawab
- +2, +3, +4, +7, +6
- +3, +3, +5, -3
- -1, +1, +5, 0, +3 (keelektronegativan Cl lebih besar
dari I)
(2)
UNSUR TRANSISI
Walaupun unsur transisi memiliki
beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat dikenali. Bilangan oksidasi
tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah orbital d berkaitan
dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s) dikeluarkan. Jadi,
dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)d1ns2,
bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2,
akan berbilangan oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n–1)d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan konfigurasi elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3. Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah logam transisi penting seperti kobal Co, Nikel Ni, tembaga Cu dan zink Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi atom yang kehilangan semua elektron (n–1)d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin penting untuk unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
d.
Ukuran atom dan ion
Ketika Meyer memplotkan volume atom yang didefinisikan
sebagai volume 1 mol unsur tertentu (mass atomik/kerapatan) terhadap nomor atom
dia mendapatkan plot yang berbentuk gigi gergaji. Hal ini jelas merupakan bukti
bahwa volume atom menunjukkan keperiodikan. Karena agak sukar menentukan volume
atom semua unsur dengan standar yang identik, korelasi ini tetap kualitatif.
Namun, kontribusi Meyer dalam menarik perhatian adanya keperiodikan ukuran atom
pantas dicatat.
Masih tetap ada beberapa tafsir ganda bila anda ingin menentukan ukuran atom sebab awan elektron tidak memiliki batas yang jelas. Untuk ukuran atom logam, kita dapat menentukan jari-jari atom dengan membagi dua jarak antar atom yang diukur dengan analisis difraksi sinar-X. Harus dinyatakan bahwa nilai ini bergantung pada bentuk kristal (misalnya kisi kubus sederhana atau kubus berpusat muka, dsb.)dan hal ini akan menghasilkan tafsir ganda itu. Masalah yang sama ada juga dalam penentuan jari-jari ionik yang ditentukan dengan analisis difraksi sinar-X kristal ion.
Keperiodikan umum yang terlihat di gambar 5.3 yang menunjukkan kecenderungan jari-jari atom dan ion. Misalnya, jari-jari kation unsur seperiode akan menurun dengan meningkatnya nomor atom. Hal ini logis karena muatan inti yang semakin besar akan menarik elektron lebih kuat. Untuk jari-jari ionik, semakin besar periodenya, semakin besar jari-jari ionnya.
Contoh soal 5.5 Ukuran atom dan ion. Pilihalah spesi yang terkecil dalam tiap kelompok.
(1) Li, Na, K (2) P, Sb, As (3) S, Cl, Ar (4) O+, O, O (1) Li (2) P (3) Cl (4) O+
Jawab
(1) Li (2) P (3) Cl (4) O+
Masih tetap ada beberapa tafsir ganda bila anda ingin menentukan ukuran atom sebab awan elektron tidak memiliki batas yang jelas. Untuk ukuran atom logam, kita dapat menentukan jari-jari atom dengan membagi dua jarak antar atom yang diukur dengan analisis difraksi sinar-X. Harus dinyatakan bahwa nilai ini bergantung pada bentuk kristal (misalnya kisi kubus sederhana atau kubus berpusat muka, dsb.)dan hal ini akan menghasilkan tafsir ganda itu. Masalah yang sama ada juga dalam penentuan jari-jari ionik yang ditentukan dengan analisis difraksi sinar-X kristal ion.
Keperiodikan umum yang terlihat di gambar 5.3 yang menunjukkan kecenderungan jari-jari atom dan ion. Misalnya, jari-jari kation unsur seperiode akan menurun dengan meningkatnya nomor atom. Hal ini logis karena muatan inti yang semakin besar akan menarik elektron lebih kuat. Untuk jari-jari ionik, semakin besar periodenya, semakin besar jari-jari ionnya.
Contoh soal 5.5 Ukuran atom dan ion. Pilihalah spesi yang terkecil dalam tiap kelompok.
(1) Li, Na, K (2) P, Sb, As (3) S, Cl, Ar (4) O+, O, O (1) Li (2) P (3) Cl (4) O+
Jawab
(1) Li (2) P (3) Cl (4) O+
Tabel Periodik
Satu prestasi intelektual yang
terbesar dalam kimia adalah tabel periodik unsur. Tabel periodik dapat dicetak
dalam satu lembar kertas, tetapi apa yang terkandung di dalamnya dan apa yang
dapat diberikan kepada kita sangat banyak dan tidak ternilai. Tabel ini adalah
hasil jerih payah tak kenal lelah, yang berawal dari zaman Yunani, untuk
mengetahui sifat materi sebenarnya. Sem ini dapat dikatakan kitab sucinya
kimia. Nilai sistem periodik bukan hanya pada organisasi informasi yang telah
diketahui, tetapi juga kemampuannya memprediksi sifat yang belum diketahui.
Keampuhan sesungguhnya tabel periodik terletak di sini.
a.
Usulan-usulan sebelum Mendeleev
Konsep unsur merupakan konsep yang sangat
tua, sejak jaman Yunani, Menurut filsuf Yunani, materi dibentuk atas empat
unsur: tanah, air, api dan udara. Pandangan ini perlahan ditinggalkan, dan
akhirnya di abad 17 definisi unsur yang diberikan oleh kimiawan Inggris Robert
Boyle (16271691) menggantikan definisi lama tadi. Boyle menyatakan bahwa unsur
adalah zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana.
Lavoisier mengusulkan daftar unsur dalam bukunya “Traite Elementire de Chemie”. Walaupun ia memasukkan cahaya dan panas dalam daftarnya, anggota lain daftar adalah apa yang kita sebut sebagai unsur sampai saat ini. Selain itu, ia menambahkan pada daftar unsur-unsur yang belum dideteksi tetapi ia yakini keberadaannya. Misalnya, khlorin pada waktu itu belum diisolasi, tetapi ia menambahkannya pada tabel sebagai radikal dari asam muriatik. Demikian juga, natrium dan kalium ada juga dalam tabel.
Di awal abad 19, unsur-unsur ini diisolasi dengan elektrolisis, dan daftar unsur perlahan diperluas. Di pertengahan abad 19, analisis spektroskopi, metoda bari mendeteksi unsur dikenalkan dan mempercepat pertambahan daftar ini. Walaupun disambut gembira oleh kimiawan, masalahmasalh baru muncul. Salah satu pertanyaan adalah ‘Apakah jumlah unsur terbatas?’ dan pertanyaan lain adalah ‘Apakah sifat unsur-unsur diharapkan akan mempunyai keteraturan tertentu?’
Penemuan unsu-unsur baru mengkatalisi diskusi-diskusi semacam ini. Ketika iodin ditemukan di tahun 1826, kimiawan Jerman Johann Wolfgang Döbereiner (1780-1849) mencatat kemiripan antara unsur ini dengan unsur yang telah dikenal khlorin dan bromin. Ia juga mendeteksi trio unsur mirip lain. Inilah yang dikenal dengan teori triade Döbereiner.
Lavoisier mengusulkan daftar unsur dalam bukunya “Traite Elementire de Chemie”. Walaupun ia memasukkan cahaya dan panas dalam daftarnya, anggota lain daftar adalah apa yang kita sebut sebagai unsur sampai saat ini. Selain itu, ia menambahkan pada daftar unsur-unsur yang belum dideteksi tetapi ia yakini keberadaannya. Misalnya, khlorin pada waktu itu belum diisolasi, tetapi ia menambahkannya pada tabel sebagai radikal dari asam muriatik. Demikian juga, natrium dan kalium ada juga dalam tabel.
Di awal abad 19, unsur-unsur ini diisolasi dengan elektrolisis, dan daftar unsur perlahan diperluas. Di pertengahan abad 19, analisis spektroskopi, metoda bari mendeteksi unsur dikenalkan dan mempercepat pertambahan daftar ini. Walaupun disambut gembira oleh kimiawan, masalahmasalh baru muncul. Salah satu pertanyaan adalah ‘Apakah jumlah unsur terbatas?’ dan pertanyaan lain adalah ‘Apakah sifat unsur-unsur diharapkan akan mempunyai keteraturan tertentu?’
Penemuan unsu-unsur baru mengkatalisi diskusi-diskusi semacam ini. Ketika iodin ditemukan di tahun 1826, kimiawan Jerman Johann Wolfgang Döbereiner (1780-1849) mencatat kemiripan antara unsur ini dengan unsur yang telah dikenal khlorin dan bromin. Ia juga mendeteksi trio unsur mirip lain. Inilah yang dikenal dengan teori triade Döbereiner.
Tabel 5.1
Triade Döbereiner
litium (Li)
|
kalsium (Ca)
|
Khlorin (Cl)
|
sulfur (S)
|
mangan (Mn)
|
Natrium (Na)
|
stronsium (Sr)
|
Bromin (Br)
|
selenium (Se)
|
khromium (Cr)
|
kalium (K)
|
barium (Ba)
|
iodin (I)
|
telurium (Te)
|
Besi (Fe)
|
b.
Prediksi Mendeleev dan kebenarannya
Banyak ide pengelompokan unsur yang
lain yang diajukan tetapi tidak memuaskan masyarakat ilmiah waktu itu. Namun,
teori yang diusulkan oleh kimiawan Rusia Dmitrij Ivanovich Mendeleev
(1834-1907), dan secara independen oleh kimiawan Jerman Julius Lothar Meyer
(1830-1895) berbeda dengan usulan-usulan lain dan lebih persuasif. Keduanya
mempunyai pandangan sama sebagai berikut:
Pandangan Mendeleev dan Meyer
Pandangan Mendeleev dan Meyer
- Daftar unsur yang ada waktu itu mungkin belum lengkap.
- Diharapkan sifat unsur bervariasi secara sistematik.
Jadi sifat unsur yang belum diketahui dapat diprediksi.
Awalnya teori Mendeleev gagal
menarik perhatian. Namun, di tahun 1875, ditunjukkan bahwa unsur baru galium
ditemukan oleh kimiawan Perancis Paul Emile Lecoq de Boisbaudran (18381912)
ternyata bukan lain adalah eka-aluminum yang keberadaan dan sifatnya telah
diprediksikan oleh Mendeleev. Jadi, signifikansi teori Mendeleev dan Meyer
secara perlahan diterima. Tabel 5.2 memberikan sifat yang diprediksi oleh
Mendeleev untuk unsur yang saat itu belum diketahui ekasilikon dan sifat
germanium yang ditemukan oleh kimiawan Jerman Clemens Alexander Winkler
(1838-1904).
Tabel 5.2
Prediksi sifat unsu eka-silikon oleh Mendeleev dan perbandingannya dengan sifat
yang kemudian ditemukan.
Sifat
|
eka-silicon
|
germanium
|
Massa
atom relatif
|
72
|
72,32
|
Rapat
massa
|
5,5
|
5,47
|
Volume
atom
|
13
|
13,22
|
Valensi
|
4
|
4
|
Kalor
jenis
|
0,073
|
0,076
|
Rapat
jenis dioksida
|
4,7
|
4,703
|
Titik
didih tetrakhlorida (°C)
|
<100
|
86
|
Mendeleev mempublikasikan tabel yang dapat dianggap sebagai
asal mula tabel periodik modern. Dalam menyiapkan tabelnya, Mendeleev awalnya
menyusun unsur berdasarkan urutan massa atomnya, sebagaimana pendahulunya.
Namun, ia menyatakan keperiodikan sifat, dan kadang menyusun ulang unsur-unsur,
yang berakibat membalikkan urutan massa atom.
Lebih lanjut, situasinya diperumit sebab prosedur menentukan massa atom belum distandarkan, dan kadang kimiawan mungkin menggunakan massa atom yang berbeda untuk unsur yang sama. Dilema ini secara perlahan diatasi setelah International Chemical Congress (Kongres ini diadakan di tahun 1860 di Karlsruhe, Jerman. Tujuan kongres ini untuk mendiskusikan masalah penyatuan massa atom. Dalam kesempatan ini Cannizzaro mengenalkan teori Avogadro.) pertama yang dihadiri oleh Mendeleev, namun kesukaran-kesukaran tetap ada.
Dengan mendasarkan pada valensi dalam menentukan massa atom, Mendeleev sedikit banyak menyelesaikan masalah (Tabel 5.3).
Lebih lanjut, situasinya diperumit sebab prosedur menentukan massa atom belum distandarkan, dan kadang kimiawan mungkin menggunakan massa atom yang berbeda untuk unsur yang sama. Dilema ini secara perlahan diatasi setelah International Chemical Congress (Kongres ini diadakan di tahun 1860 di Karlsruhe, Jerman. Tujuan kongres ini untuk mendiskusikan masalah penyatuan massa atom. Dalam kesempatan ini Cannizzaro mengenalkan teori Avogadro.) pertama yang dihadiri oleh Mendeleev, namun kesukaran-kesukaran tetap ada.
Dengan mendasarkan pada valensi dalam menentukan massa atom, Mendeleev sedikit banyak menyelesaikan masalah (Tabel 5.3).
Tabel 5.3
Tabel Periodik awal Mendeleev (1869).
c.
Tabel Periodik dan konfigurasi elektron
Tabel periodik secara terus menerus
bertambah unsurnya setelah tabel periodik diusulkan Mendeleev. Sementara,
muncul berbagai masalah. Salah satu masalah penting adalah bagaimana menangani gas
mulia, unsur transisi dan unsur tanah jarang. Semua masalah
ini dengan baik diselesaikan dan membuat tabel periodik lebih bernilai. Tabel
periodik, kitab suci kimia, harus dirujuk secara rutin.
Golongan baru gas mulia dengan mudah disisipkan di antara unsur positif yang sangat reaktif, logam alkali (golongan 1) dan unsur negatif yang sangat reaktif, halogen (golongan 7).
Unsur logam transisi diakomodasi dalam tabel periodik dengan menyisipkan periode panjang walaupun rasionalnya tidak terlalu jelas. Masalah yang nyata adalah lantanoid. Lantanoid ditangani sebagai unsur “ekstra” dan ditempatkan secara marjinal di luar bagian utama tabel periodik. Namun, sebenarnya prosedur ini tidak menyelesaikan masalah utama. Pertama, mengapa unsur ekstra ini ada tidak jelas, bahkan lebih menjadi teka-teki adalah pertanyaan: apakah ada batas jumlah unsur dalam tabel periodik? Karena ada unsur-unsur yang sangat mirip, sangat sukar untuk memutuskan berapa banyak unsur dapat ada di alam.
Teori Bohr dan percobaan Moseley menghasilkan penyelesaian teoritik masalah-masalah ini. Penjelasan tabel periodik dari periode pertama sampai periode ketiga dapat dijelaskan dengan teori konfigurasi elektron yang dipaparkan di bab 4. Periode pertama (1H dan 2He) berkaitan dengan proses memasuki orbital 1s. Demikian juga periode kedua (dari 3Li sampai 10Ne) berkaitan dengan pengisian orbital 1s, 2s dan 2p, dan periode ke-3 (dari 11Na sampai 18Ar) berkaitan dengan pengisian orbital 1s, 2s, 2p, 3s dan 3p.
Periode panjang dimulai periode ke-4. Penjelasan atas hal ini adalah karena bentuk orbital d yang berbeda drastis dari lingkaran, dan jadi energi elektron 3d bahkan lebih tinggi dari 4s. Akibatnya, dalam periode ke-4, elektron akan mengisi orbital 4s (19K dan 20Ca) segera setelah pengisian orbital 3s dan 3p, melompati orbital 3d. Kemudian elektron mulai menempati orbital 3d. Proses ini berkaitan dengan sepuluh unsur dari 21Sc sampai 30Zn. Proses pengisian orbital 4p selanjutnya berkaitan dengan enam unsur dari 31Ga sampai 36Kr. Inilah alasan mengapa periode ke-4 mengandung 18 unsur bukan 8. Energi elektron orbital 4f jauh lebih tinggi dari orbital 4d dan dengan demikian elektron 4f tidak memainkan peran pada unsur periode ke-4.
Golongan baru gas mulia dengan mudah disisipkan di antara unsur positif yang sangat reaktif, logam alkali (golongan 1) dan unsur negatif yang sangat reaktif, halogen (golongan 7).
Unsur logam transisi diakomodasi dalam tabel periodik dengan menyisipkan periode panjang walaupun rasionalnya tidak terlalu jelas. Masalah yang nyata adalah lantanoid. Lantanoid ditangani sebagai unsur “ekstra” dan ditempatkan secara marjinal di luar bagian utama tabel periodik. Namun, sebenarnya prosedur ini tidak menyelesaikan masalah utama. Pertama, mengapa unsur ekstra ini ada tidak jelas, bahkan lebih menjadi teka-teki adalah pertanyaan: apakah ada batas jumlah unsur dalam tabel periodik? Karena ada unsur-unsur yang sangat mirip, sangat sukar untuk memutuskan berapa banyak unsur dapat ada di alam.
Teori Bohr dan percobaan Moseley menghasilkan penyelesaian teoritik masalah-masalah ini. Penjelasan tabel periodik dari periode pertama sampai periode ketiga dapat dijelaskan dengan teori konfigurasi elektron yang dipaparkan di bab 4. Periode pertama (1H dan 2He) berkaitan dengan proses memasuki orbital 1s. Demikian juga periode kedua (dari 3Li sampai 10Ne) berkaitan dengan pengisian orbital 1s, 2s dan 2p, dan periode ke-3 (dari 11Na sampai 18Ar) berkaitan dengan pengisian orbital 1s, 2s, 2p, 3s dan 3p.
Periode panjang dimulai periode ke-4. Penjelasan atas hal ini adalah karena bentuk orbital d yang berbeda drastis dari lingkaran, dan jadi energi elektron 3d bahkan lebih tinggi dari 4s. Akibatnya, dalam periode ke-4, elektron akan mengisi orbital 4s (19K dan 20Ca) segera setelah pengisian orbital 3s dan 3p, melompati orbital 3d. Kemudian elektron mulai menempati orbital 3d. Proses ini berkaitan dengan sepuluh unsur dari 21Sc sampai 30Zn. Proses pengisian orbital 4p selanjutnya berkaitan dengan enam unsur dari 31Ga sampai 36Kr. Inilah alasan mengapa periode ke-4 mengandung 18 unsur bukan 8. Energi elektron orbital 4f jauh lebih tinggi dari orbital 4d dan dengan demikian elektron 4f tidak memainkan peran pada unsur periode ke-4.
Tabel 5.4a
Konfigurasi elektron atom 1H-54Xe. Tabel 5.4b Konfigurasi elektron atom
(55Cs-103Lr).
Periode ke-5 mirip dengan periode
ke-4. Elektron akan mengisi orbital 5s, 4d dan 5p dalam urutan ini. Akibatnya
periode ke-5 akan memiliki 18 unsur. Orbital 4f belum terlibat dan inilah yang
merupakan alasan mengapa jumlah unsur di periode 5 adalah 18.
Jumlah unsur yang dimasukkan dalam periode ke-6 berjumlah 32 sebab terlibat 7×2 = 14 unsur yang berkaitan dengan pengisian orbital 4f. Awalnya elektron mengisi orbital 6s (55Cs dan 56Ba). Walaupun ada bebrapa kekecualian, unsur dari 57La sampai 80Hg berkaitan dengan pengisian orbital 4f dan kemudian 5d. Deret lantanoid (sampai 71Lu) unsur tanah jarang berkaitan dengan pengisian orbital 4f. Setelah proses ini, enam unsur golongan utama (81Tl sampai 86Rn) mengikuti, hal ini berkaitan dengan pengisian orbital 6p.
Periode ke-7 mulai dengan pengisian orbital 7s (87Fr dan 88Ra) diikuti dengan pengisian orbital 5f menghasilkan deret aktinoid unsur tanah jarang (dari 89Ac sampai unsur no 103). Dunia unsur akan meluas lebih lanjut, tetapi di antara unsur-unsur yang ada alami, unsur dengan nomor atom terbesar adalah 92U. Unsur setelah 92U adalah unsur-unsur buatan dengan waktu paruh yang sangat pendek. Sukar untuk meramalkan perpanjangan daftar unsur semacam ini, tetapi sangat mungkin unsur baru akan sangat pendek waktu paruhnya.
Di Tabel 5.5, dirangkumkan hubungan antara tabel periodik dan konfigurasi elektron.
Tabel 5.5 Konfigurasi elektron tiap perioda.
Jumlah unsur yang dimasukkan dalam periode ke-6 berjumlah 32 sebab terlibat 7×2 = 14 unsur yang berkaitan dengan pengisian orbital 4f. Awalnya elektron mengisi orbital 6s (55Cs dan 56Ba). Walaupun ada bebrapa kekecualian, unsur dari 57La sampai 80Hg berkaitan dengan pengisian orbital 4f dan kemudian 5d. Deret lantanoid (sampai 71Lu) unsur tanah jarang berkaitan dengan pengisian orbital 4f. Setelah proses ini, enam unsur golongan utama (81Tl sampai 86Rn) mengikuti, hal ini berkaitan dengan pengisian orbital 6p.
Periode ke-7 mulai dengan pengisian orbital 7s (87Fr dan 88Ra) diikuti dengan pengisian orbital 5f menghasilkan deret aktinoid unsur tanah jarang (dari 89Ac sampai unsur no 103). Dunia unsur akan meluas lebih lanjut, tetapi di antara unsur-unsur yang ada alami, unsur dengan nomor atom terbesar adalah 92U. Unsur setelah 92U adalah unsur-unsur buatan dengan waktu paruh yang sangat pendek. Sukar untuk meramalkan perpanjangan daftar unsur semacam ini, tetapi sangat mungkin unsur baru akan sangat pendek waktu paruhnya.
Di Tabel 5.5, dirangkumkan hubungan antara tabel periodik dan konfigurasi elektron.
Tabel 5.5 Konfigurasi elektron tiap perioda.
period
|
orbital yang diisi
|
jumlah unsur
|
1 (pendek)
|
1s
|
2
|
2 (pendek)
|
2s, 2p
|
2 + 6 = 8
|
3 (pendek)
|
3s, 3p
|
2 + 6 = 8
|
4 (panjang)
|
3d, 4s, 4p
|
2 + 6 + 10 = 18
|
5 (panjang)
|
4d, 5s, 5p
|
2 + 6 + 10 = 18
|
6 (panjang)
|
4f, 5d, 6s, 6p
|
2 + 6 + 10 + 14 = 32
|
Contoh Soal
5.1 Konfigurasi elektron lawrensium. Konfigurasi elektron 89Ac adalah 86Rn.6d17s2. Tuliskan konfigurasi elektron lawrensium 103Lr.
Jawab:
Lawrensium memiliki 14 elektron lebih banyak dari aktinium. Karena elektron akan mengisi orbital 5f, konfigurasi elektronnya 103Lr adalah 86Rn. 5f146d17s2.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnhya, hukumMoseley menyatakan bahwa ada hubungan antara panjang gelombang λ sinar-X karakteristik unsur dan muatan listrik intinya Z (yakni, nomor atom): 1/λ = c(Z – s)2 (2.11)
Berkat hukum Moseley, unsur-unsur kini dapat disebut dengan menyebut nomor atomnya. Kini kita dapat dengan tepat mengetahui jumlah unsur di alam.
5.1 Konfigurasi elektron lawrensium. Konfigurasi elektron 89Ac adalah 86Rn.6d17s2. Tuliskan konfigurasi elektron lawrensium 103Lr.
Jawab:
Lawrensium memiliki 14 elektron lebih banyak dari aktinium. Karena elektron akan mengisi orbital 5f, konfigurasi elektronnya 103Lr adalah 86Rn. 5f146d17s2.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnhya, hukumMoseley menyatakan bahwa ada hubungan antara panjang gelombang λ sinar-X karakteristik unsur dan muatan listrik intinya Z (yakni, nomor atom): 1/λ = c(Z – s)2 (2.11)
Berkat hukum Moseley, unsur-unsur kini dapat disebut dengan menyebut nomor atomnya. Kini kita dapat dengan tepat mengetahui jumlah unsur di alam.
LAJU REAKSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
(Bahan Ujian Semester Bagi Kelas XI IPA)
Persamaan Reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
aA + bB ---> cC + dD
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien, A dan B adalah Reaktan (pereaksi) serta C dan D adalah Produk (hasil reaksi)
Saat reaksi berlangsung, jumlah A dan B semakin lama semakin berkurang,s ebaliknya jumlah C dan D akan semakin bertambah
MOLARITAS
Molaritas atau kemolaran merupakan satuan kepekatan atau konsentrasi dari suatu larutan. Molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan, yang dirumuskan sebagai :
M = mol/L atau M=mmol/mLAdakalanya molaritas ditentukan melalui pengenceran dari suatu larutan. Pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah tetapi jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Oleh karena jumlah molnya tetap, maka
n1=n2 atau V1.M1=V2.M2
dalam bidang industri untuk mengetahi molaritasnya harus diketahui volume larutan pekatnya (larutan primer). Caranya dengan menentukan molaritas dari alrutan pekat yangdikatahui kadar dan massa jenisnya. Kemolaran tersebut dapat dicari dengan rumus:
p x 10 x % massa
M = ------------------------ mol.L-1
Mr
Dimana = M adalah Molaritas, r = massa jenis, % massa = kadar, Mr = massa molekul relatif
LAJU REAKSI
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu, yang dituliskan sebagai berikut :
Perubahan konsentarasi
Laju = -----------------------------
Periode waktu reaksi
Selama reaksi berlangsung, konsentrasi pereaksi berkurang, sedangkan konsentrasi produk bertambah.
Jika A --> B maka untuk
d[A] d[B] d[C]
Laju A = - ------- dan Laju B = + ------ sehingga V = ---------,
dt dt dt
Dimana : d[C] = perubahan konsentrasi, V = laju reaksi, dan dt = perubahan waktu
Untuk reaksi yang lebi kompleks, misal 2A --> B, maka laju reaksi berkurangnya A adalah 2 kali lebih cepat dari laju pembentukan B, sehingga penulisan laju reaksi menjadi
1 d[A] d[B]
Laju A = - -- ------- dan Laju B = + ------
2 dt dt
Atau melihat kecenderungan koefisien yang terlibat
PERSAMAAN LAJU REAKSI
INGAT : Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi, bukan konsentrasi hasil reaksi.
GULBERG dan WAAGE menuturkan : “Laju reaksi dalam sistem pada suatu temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi, setelah tiap-tiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan reaksi yang bersangkutan.”
Misalnya pada reaksi :
mA + nB ---> pC + qDmaka Laju Reaksi menurut reaksi di atas adalah :
V = k [A]m [B]n
m dan n merupakan pangkat atau menunjukkan orde reaksi, jika dijumlahkan maka akan menjadi orde reaksi total.
Orde reaksi memunkinkan kita mengetahui kebergantungan reaksi terhadap reaktan. Pada reaksi yang berlangsung bertahap, orde reaksi ditentukan oleh tahapan reaksi yang paling lambat
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHILAJU REAKSI
1. KonsentrasiSemakin besar konsentrasi pereaksi yang direaksikan akan semakin besar pula laju reaksinya
2. SuhuSemakin tinggi suhu akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya suhu maka energi kinetik pada partikel reaktan semakin besar.
Dalam praktiknya setiap kenaikan suhu 10oC, maka laju reaksi akan naik 2 kali lebih besar, yang dirumuskan sebagai :
Vt = (dV)dt/10.Vo atau Vt = (2)dt/10.Vo
dt = t2 – t1
3. KatalisKatalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen. Katalis dibedakan atas 2, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. (bergantung fasa zat)
4. Luas PermukaanPada sistem heterogen sangat bergantung pada luas permukaan antara fasa. Reaksi antara padatan dan cairan atau padatan dengan gas akan lebih cepat jika luas permukaan bidang sentuh zat padat diperbanyak.
(Bahan Ujian Semester Bagi Kelas XI IPA)
Persamaan Reaksi dapat dituliskan sebagai berikut :
aA + bB ---> cC + dD
dimana a, b, c, dan d adalah koefisien, A dan B adalah Reaktan (pereaksi) serta C dan D adalah Produk (hasil reaksi)
Saat reaksi berlangsung, jumlah A dan B semakin lama semakin berkurang,s ebaliknya jumlah C dan D akan semakin bertambah
MOLARITAS
Molaritas atau kemolaran merupakan satuan kepekatan atau konsentrasi dari suatu larutan. Molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan, yang dirumuskan sebagai :
M = mol/L atau M=mmol/mLAdakalanya molaritas ditentukan melalui pengenceran dari suatu larutan. Pengenceran menyebabkan volume dan kemolaran larutan berubah tetapi jumlah mol zat terlarut tidak berubah. Oleh karena jumlah molnya tetap, maka
n1=n2 atau V1.M1=V2.M2
dalam bidang industri untuk mengetahi molaritasnya harus diketahui volume larutan pekatnya (larutan primer). Caranya dengan menentukan molaritas dari alrutan pekat yangdikatahui kadar dan massa jenisnya. Kemolaran tersebut dapat dicari dengan rumus:
p x 10 x % massa
M = ------------------------ mol.L-1
Mr
Dimana = M adalah Molaritas, r = massa jenis, % massa = kadar, Mr = massa molekul relatif
LAJU REAKSI
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi reaktan atau produk tiap satuan waktu, yang dituliskan sebagai berikut :
Perubahan konsentarasi
Laju = -----------------------------
Periode waktu reaksi
Selama reaksi berlangsung, konsentrasi pereaksi berkurang, sedangkan konsentrasi produk bertambah.
Jika A --> B maka untuk
d[A] d[B] d[C]
Laju A = - ------- dan Laju B = + ------ sehingga V = ---------,
dt dt dt
Dimana : d[C] = perubahan konsentrasi, V = laju reaksi, dan dt = perubahan waktu
Untuk reaksi yang lebi kompleks, misal 2A --> B, maka laju reaksi berkurangnya A adalah 2 kali lebih cepat dari laju pembentukan B, sehingga penulisan laju reaksi menjadi
1 d[A] d[B]
Laju A = - -- ------- dan Laju B = + ------
2 dt dt
Atau melihat kecenderungan koefisien yang terlibat
PERSAMAAN LAJU REAKSI
INGAT : Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi, bukan konsentrasi hasil reaksi.
GULBERG dan WAAGE menuturkan : “Laju reaksi dalam sistem pada suatu temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi, setelah tiap-tiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisiennya dalam persamaan reaksi yang bersangkutan.”
Misalnya pada reaksi :
mA + nB ---> pC + qDmaka Laju Reaksi menurut reaksi di atas adalah :
V = k [A]m [B]n
m dan n merupakan pangkat atau menunjukkan orde reaksi, jika dijumlahkan maka akan menjadi orde reaksi total.
Orde reaksi memunkinkan kita mengetahui kebergantungan reaksi terhadap reaktan. Pada reaksi yang berlangsung bertahap, orde reaksi ditentukan oleh tahapan reaksi yang paling lambat
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHILAJU REAKSI
1. KonsentrasiSemakin besar konsentrasi pereaksi yang direaksikan akan semakin besar pula laju reaksinya
2. SuhuSemakin tinggi suhu akan semakin mempercepat terjadinya reaksi. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya suhu maka energi kinetik pada partikel reaktan semakin besar.
Dalam praktiknya setiap kenaikan suhu 10oC, maka laju reaksi akan naik 2 kali lebih besar, yang dirumuskan sebagai :
Vt = (dV)dt/10.Vo atau Vt = (2)dt/10.Vo
dt = t2 – t1
3. KatalisKatalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen. Katalis dibedakan atas 2, yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. (bergantung fasa zat)
4. Luas PermukaanPada sistem heterogen sangat bergantung pada luas permukaan antara fasa. Reaksi antara padatan dan cairan atau padatan dengan gas akan lebih cepat jika luas permukaan bidang sentuh zat padat diperbanyak.
MATERI FISIKA
Materi Fisika Kelas XI Semester 1
FISIKA
1. PERSAMAAN GERAK
Koordinat Polar Titik P dengan koordinat polar (r, q) berarti berada diposisi: - q derajat dari sumbu-x (sb. polar) (q diukur berlawanan arah jarum-jam) - berjarak sejauh r dari titik asal kutub O. Perhatian: jika r <> r: koordinat radial q: koordinat sudut Setiap titik mempunyai lebih dari satu representasi dalam koordinat polar (r, q) = (- r, q + np ), untuk n bil. bulat ganjil = ( r, q + np ) , untuk n bil. bulat genap Persamaan dalam Koordinat Polar Pers. polar dari lingkaran berjari-jari a: r = a Untuk lingkaran berjari a, - berpusat di (0,a): r = 2a sin q - berpusat di (a,0): r = 2a cos q r = 2 sin q r = 2 cos qVektor posisi, kecepatan dan percepatan. V adalah kecepatan benda yang merupakan turunan pertama dari posisi. Jadi Vx adalah turunan pertama dari X dan Vy adalah turunan pertama dari Y. Silakan kamu turunkan (diferensialkan) persamaan tersebut... Vox adalah Vx saat t = 0, dan Voy adalah Vy saat t = 0. Vo adalah penjumlahan (secara vektor) dari Vox dan Voy. Ax adalah turunan kedua dari X, dan Ay adalah turunan kedua dari Y. Coba kamu turunkan sendiri.... Aox adalah Ax saat t = 0, dan Aoy adalah Ay saat t = 0.Mengubah persamaan posisi menjadi percepatanA :Jika posisi benda dinyatakan dalam persamaan dengan variable waktu, maka persamaan posisi tersebut kita turunkan (diferensialkan) menjadi persamaan kecepatan. misal, x = 2t^2 - 2t maka kecepatannya adalah turunan pertama dari x; v = dx/dt = 4t - 2 untuk mengubah menjadi percepatan, maka kecepatan tersebut kita turunkan sekali lagi; a = dv/dt = 4
# Gerak Lurus Beraturan (GLB) #
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda dalam
lintasan garis lurus dengan kecepatan tetap. Untuk lebih memahaminya, amati
grafik berikut :
Tampak dari grafik pada gambar 6,
kecepatan benda sama dari waktu ke waktu yakni 5 m/s.
Semua benda yang bergerak lurus beraturan akan memiliki grafik v - t yang bentuknya seperti gambar 6 itu. Sekarang,hitung berapa jarak yang ditempuh oleh benda dalam waktu 3 s?
dapat dihitung jarak yang ditempuh oleh benda dengan cara menghitung luas daerah di bawah kurva bila diketahui grafik (v-t) :
Jarak yang ditempuh = luas daerah yang diarsir pada grafik v
- t.
Cara menghitung jarak pada GLB.Tentu saja satuan jarak adalah satuan panjang, bukan satuan luas. Berdasarkan gambar di atas, jarak yang ditempuh benda = 15 m.
Cara menghitung jarak pada GLB.Tentu saja satuan jarak adalah satuan panjang, bukan satuan luas. Berdasarkan gambar di atas, jarak yang ditempuh benda = 15 m.
Cara lain menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan persamaan GLB.
kecepatan pada GLB dirumuskan:
Dari gambar di atas ,
v = 5 m/s,sedangkan t = 3 s, sehingga jarak s = v . ts = 5 x 3 = 15 m
Persamaan GLB di atas, berlaku bila gerak benda memenuhi grafik seperti pada gambar.
Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada saat t = 0 s, maka v = 0.
Artinya, pada mulanya benda diam, baru kemudian bergerak dengan kecepatan 5 m/s. Padahal dapat saja terjadi bahwa saat awal kita amati benda sudah dalam keadaan bergerak, sehingga benda telah memiliki posisi awal so. Untuk keadaan ini, maka persamaan GLB sedikit mengalami perubahan menjadi,
s = so + v.
Persamaan GLB untuk benda yang sudah bergerak sejak awal pengamatan.
Dengan so menyatakan posisi awal benda dalam satuan meter.
Di samping grafik v - t di atas, pada gerak lurus terdapat juga grafik s-t, yakni grafik yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu tempuh (t) seperti pada gambar di bawah.
Berdasarkan gambar, kita dapat meramalkan jarak yang ditempuh benda dalam waktu tertentu di luar waktu yang tertera pada grafik.
contoh :
Gerak sebuah benda yang melakukan GLB diwakili oleh grafik s - t di bawah. Berdasarkan grafik tersebut, hitunglah jarak yang ditempuh oleh benda itu dalam waktu:
a. 3 s
b. 10 s
Jawab :
Diketahui:
so = 2 m
v = 4 m/s
Ditanya:
a. Jarak yang ditempuh benda pada saat t = 3 s.
b. Jarak yang ditempuh benda pada saat t = 10 s.
Jawab:
a.
|
s (t)
s (3s) |
= so + v.t
= 2 + 4 x 3 = 14 m |
b.
|
s (t)
s (10s) |
= so + v.t
= 2 + 4 x 10 = 42 m |
# GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB) #
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat. Dengan kata lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB juga dapat berarti bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lambat hingga akhirnya berhenti. Dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Dalam modul ini, kita tidak menggunakan istilah perlambatan untuk gerak benda diperlambat. Kita tetap saja menamakannya percepatan, hanya saja nilainya negatif. Jadi perlambatan sama dengan percepatan negatif.
Contoh sehari-hari GLBB adalah peristiwa jatuh bebas. Benda jatuh dari ketinggian tertentu di atas. Semakin lama benda bergerak semakin cepat.
perhatikanlah gambar di bawah yang menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu (t) sebuah benda yang bergerak lurus berubah beraturan dipercepat.
a. Besar percepatan benda
dalam hal ini,
v1 = vo
v2 = vt
t1 = 0
t2 = t
sehingga ,
atau a.t = vt -
vo
kita
dapatkan :
persamaan kecepatan GLBB :
ket
: vo = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan ()
t = selang waktu (s) kecepatan benda berubah dari vo
menjadi vt sehingga kecepatan
rata-rata benda dapat dituliskan:
b. Kecepatan rata-rata :
ket
: s = Jarak yang ditempuh a = percepatan ( ) vo = lecepatan awal (m/s)
t = selang waktu (s) contoh :
persamaan kecepatan GLBB :
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (
t = selang waktu (s)
b. Kecepatan rata-rata :
Benda yang semula diam didorong sehingga bergerak dengan percepatan
tetap 3 Berapakah besar kecepatan benda itu setelah bergerak 5 s? Penyelesaian: Awalnya benda diam, jadi vo = 0 a = 3 t = 5 s Kecepatan benda setelah 5 s: |
||
vt
|
= vo + a.t
= 0 + 3 . 5 = 15 m/s |
# GERAK MELINGKAR BERUBAH BERATURAN #
Adalah gerak suatu benda dengan bentuk lintasan melingkar dan besar percepatan sudut/anguler (α) konstan.
Jika perecepatan anguler benda searah dengan perubahan
kecepatan anguler maka perputaran benda semakin cepat, dan dikatakan GMBB
dipercepat. Sebaliknya jika percepatan anguler berlawanan arah dengan
perubahan kecepatan anguler benda akan semakin lambat, dan dikatakan GMBB
diperlambat.
1. Percepatan Anguler (α)
Sebuah benda bergerak melingkar dengan laju anguler berubah
beraturan memiliki perubahan kecepatan angulernya adalah :
Δω = ω2 – ω1
Dan perubahan waktu kecepatan anguler adalah Δt, maka di dapatkan :
Dan perubahan waktu kecepatan anguler adalah Δt, maka di dapatkan :
∆ω = perubahan kecepatan sudut (rad/s)
∆t = selang waktu (s)
α = percepatan sudut/anguler (rads-2)
∆t = selang waktu (s)
α = percepatan sudut/anguler (rads-2)
Sama halnya dengan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), pada GMBB berlaku juga :
- Mencari kecepatan sudut akhir (ωt)
:
ωt = ω0 ± α.t
- Mencari posisi sudut / besar sudut (θ) yang ditempuh:
θ= ω0 t ± α.t2
x = R. θ
Dapat diperoleh juga :
ωt2 = ω02 ± 2 α.θ
θ= ω0 t ± α.t2
x = R. θ
Dapat diperoleh juga :
ωt2 = ω02 ± 2 α.θ
dimana :
ωt = kecepatan sudut/anguler keadaan akhir(rad/s)
ω0 = kecepatan sudut/anguler keadaan awal (rad/s)
θ = besar sudut yang ditempuh (radian, putaran)
1 rpm = 1 putaran permenit
1 putaran = 360° = 2p rad.
x = perpindahan linier (m)
t = waktu yang diperlukan (s)
R = jari-jari lintasan (m)
ω0 = kecepatan sudut/anguler keadaan awal (rad/s)
θ = besar sudut yang ditempuh (radian, putaran)
1 rpm = 1 putaran permenit
1 putaran = 360° = 2p
x = perpindahan linier (m)
t = waktu yang diperlukan (s)
R = jari-jari lintasan (m)
# GERAK MELINGKAR BERATURAN #
Adalah partikel yang bergerak melingkar dengan laju konstan,
arah vektor kecepatan berubah terus menerus, tetapi besarnya tidak.
Dalam gerak lurus anda mengenal besaran perpindahan (linear) dan kecepatan (linear), keduanya termasuk besaran vektor. Dalam gerak melingkar anda akan mengenal juga besaran yang mirip dengan itu, yaitu perpindahan sudut dan kecepatan sudut, keduanya juga termasuk besaran vektor.
Besaran fisis pada GMB
a. Besaran Sudut (Ø)
Besar sudut Ø dinyatakan dalam derajat tetapi pada gerak melingkar beraturan ini dinyatakan dalam radian. Satu radian (rad) adalah sudut dimana panjang busur lingkaran sama dengan jari-jari lingkaran tersebut (r). Jika s = r, Ø bernilai 1 rad.
Secara umum besaran sudut Ø dituliskan :
Ø = s / r
dimana s = 2∏ r , sehingga Ø = 2∏ rad
b. Kecepatan dan kelajuan Sudut (ω)
Pada gerak melingkar, besaran yang menyatakan seberapa jauh benda berpindah (s) dalam selang waktu tertentu (t) disebut kecepatan anguler atau kecepatan sudut (ω). Kecepatan sudut ini terbagi atas kecepatan sudut rata-rata dan kecepatan sudut sesaat.
Kecepatan sudut rata-rata dituliskan sebagai : ω = ΔØ / Δt
Kecepatan sudut sesaat dinyatakan sebagai ω = lim ΔØ / Δt
Satuan kecepatan sudut adalah rad/s. Selain satuan ini, satuan kecepatan sudut dapat pula ditulis dalam rpm (rotation per minutes) dimana 1 rpm = 2Π rad/menit = Π/30 rad/s.
Sedangkan nilai atau besarnya kecepatan sudut disebut kelajuan sudut.
c. Periode (T)
Waktu yang dibutuhkan oleh suatu benda untuk bergerak satu putaran disebut periode (T). Waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu putaran dinyatakan oleh :
T = perpindahan sudut / kecepatan sudut
T = 2Π / ω dimana 2Π = perpindahan sudut (anguler) untuk satu putaran.
Jika jumlah putaran benda dalam satu sekon dinyatakan sebagai frekuensi (f) maka diperoleh hubungan :
T = 1 / f dimana f = frekuensi dengan satuan 1/s atau Hertz (Hz).
d. Kecepatan dan kelajuan linear (v)
Kecepatan linear didefinisikan sebagai hasil bagi panjang lintasan linear yang ditempuh dengan selang waktu tempuhnya. Panjang lintasan dalam gerak melingkar yaitu keliling lingkaran 2Π.r
Jika selang waktu yang diperlukan untuk menempuh satu putaran adalah 1 periode (T), maka :
Kecepatan linear dirumuskan : v = 2Π.r / T atau v = ω.r
Kecepatan linear ( v) memiliki satuan m/s, r = jari-jari lintasan, dengan satuan meter dan ω = kecepatan sudut dalam satuan rad/s
e. Percepatan Sentripetal
Pada saat anda mempelajari gerak lurus beraturan sudah mengetahui bahwa percepatan benda sama dengan nol. Benarkah kalau kita juga mengatakan percepatan benda dalam gerak melingkar beraturan sama dengan nol? Dari gambar di atas diketahui bahwa arah kecepatan linear pada gerak melingkar beraturan selalu menyinggung lingkaran. Karena itu, kecepatan linear disebut juga kecepatan tangensial.
Sekarang kita akan mempelajari apakah vektor percepatan pada benda yang bergerak melingkar beraturan nol atau tidak.Dari gambar di atas tampak bahwa vektor kecepatan linear memiliki besar sama tetapi arah berbeda-beda. Oleh karena itu kecepatan linear selalu berubah sehingga harus ada percepatan. Dari gambar di atas tampak bahwa arah percepatan selalu mengarah ke pusat lingkaran dan selalu tegak lurus dengan kecepatan linearnya. Percepatan yang selalu tegak lurus terhadap kecepatan linearnya dan mengarah ke pusat lingkaran ini disebut percepatan sentripetal.
Percepatan sentripetal pada gerak melingkar beraturan dirumuskan :
Contoh Soal :
Sebuah roda dengan jari-jari 20 cm, berputar pada sumbunya dengan kelajuan 6.000/Π rpm. Tentukan: (a). kelajuan sudut, frekuensi, dan periodenya, (b). kelajuan linear sebuah titik atau dop pada roda dan panjang lintasan titik yang ditempuh selama 10 s. (c) jumlah putaran dalam 10 s.
Pembahasan :
1. diketahui : r = 20 cm = 0,2 m ; ω = 6.000/Π rpm = 100/Π rps = 200 rad/s
dijawab :
(a). Frekuensi f = ω / 2Π = (200 rad/s)/2Π = 100/Π Hz
(b). Kelajuan linear pada titik luar
v = ω . r = (200 rad/s). (0,2 m) = 40 m/s
(c) Jumlah putaran selama 10 s. Sudut yang ditempuh selama 10 s adalah Ø = ω . t = 2.000 rad
1 putaran = 2Π rad sehingga jumlah putaran (n) adalah n = 2.000 rad/2Π =(1000/Π ) putaran.
2. Sebuah benda bergerak melingkar beraturan dengan jari-jari lintasan 70 cm. Dalam waktu 20 s, benda tersebut melakukan putaran sebanyak 40 kali. (a). tentukan periode dan frekuensi putaran. (b) berapa laju linear benda tersebut? (c). hibunglah kecepatan sudut benda tersebut.
# GERAK PARABOLA #
Gerak parabola panduan dari GLB pada sumbu x dengan GLB pada
sumbu y.
Kecepatan awal (vo) gerak benda diwakili
oleh v0x dan v0y. v0x merupakan
kecepatan awal pada sumbu x, sedangkan v0y merupakan kecepatan awal
pada sumbu y. vy merupakan komponen kecepatan pada sumbu y dan vx
merupakan komponen kecepatan pada sumbu x. Pada titik tertinggi lintasan gerak
benda, kecepatan pada arah vertikal (vy) sama dengan nol.
Persamaan untuk menghitung posisi dan kecepatan
resultan dapat dirumuskan sebagai berikut.
2. GAYA
Gaya adalah tarikan
atau dorongan yang diberikan kepada suatu benda.
* Macam-macam gaya
:
a. Gaya Normal
Ketika
balok jatuh telah sampai kelantai gaya gravitasi tetap bekerja walaupun benda
sudah berhenti. Sesuai Hukum III Newton , gaya aksi (Gaya Berat) yang dikerjakan
benda pada lantai akan menimbulkan gaya reaksi dari lantai pada benda gaya ini
di sebut Gaya Normal.
Arah gaya normal selalu tegak lurus dengan permukaan sentuh.
Arah gaya normal selalu tegak lurus dengan permukaan sentuh.
Ada beberapa gaya normal pada benda
berdasarkan posisi benda:
b. Gaya Gesekan
Gaya gesekan adalah gaya yang
ditimbulkan ketika dua permukaan benda saling bersentuhan. Arah Gaya gesekan
selalu berlawanan dengan arah gerak benda. Ada dua jenis gaya gesekan, yakni :
• Gaya gesekan statis
Gaya
gesekan statis adalah gaya gesekan yang menyebabkan benda tidak dapat bergerak
(statis ). Nilai gaya gesekan statis maksimum pada benda artinya jika kita
ingin mendorong benda sampai dapat bergerak besarnya gaya yang dikerjakan harus
lebih besar daripada gaya gesek statis maksimum.
Besarnya gaya ini:
Besarnya gaya ini:
dimana
µs = koefisien gesek statis
N = Besarnya gaya normal pada benda
µs = koefisien gesek statis
N = Besarnya gaya normal pada benda
Mengapa
anak tersebut tidak mampu membuat lemari brankas bergerak..?
Hal
itu terjadi karena gaya yang di berikan anak itu masih lebih kecil dari pada
gaya gesek statis maksimum lemari brankas.
Apa
yang terjadi bila anak itu mendorong dengan di bantu kakaknya yang lebih
dewasa?
Ternyata
brankas itu dapat bergerak walaupun lajunya lambat.
Kelajuan
lambat ini di karenakan gaya gesek statis yang bekerja pada lemari brankas.
• Gaya gesekan kinetis
Gaya
gesek kinetis adalah gaya gesek yang terjadi saat benda bergerak.gaya gesek
kinetis menghambat laju benda, arah gaya gesek kinetic berlawanan dengan arah
gerak benda. Besarnya gaya gesek kinetis adalah:
Dimana:
µk = koefisien gesek kinetic
N = Gaya normal benda, Newton
µk = koefisien gesek kinetic
N = Gaya normal benda, Newton
c. Gaya Sentripetal
Gaya Sentripetal adalah gaya yang di
miliki benda saat benda bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran, dengan
gaya sentripetal benda dapat bertahan pada lintasannya.
Perhatikan gerak benda di bawah ini!
Gaya sentripetal pada tali
menyebabkan benda tetap dalam lintasan melingkar.
d.
Gaya Gravitasi
Gaya Gravitasi
Gravitasi adalah gaya
tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa
di alam
semesta. Fisika
modern mendeskripsikan gravitasi menggunakan Teori
Relativitas Umum
dari Einstein, namun hukum gravitasi universal Newton yang lebih sederhana merupakan
hampiran yang cukup akurat dalam kebanyakan kasus.
Sebagai
contoh, Bumi yang memiliki massa yang sangat
besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda
disekitarnya, termasuk makhluk hidup, dan benda benda yang ada di bumi. Gaya
gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada diluar angkasa, seperti bulan,
meteor, dan benda angkasa laiinnya,
termasuk satelite buatan manusia.
Beberapa
teori yang belum dapat dibuktikan menyebutkan bahwa gaya gravitasi timbul
karena adanya partikel gravitron dalam setiap atom.
Hukum Gravitasi Universal Newton
Hukum
gravitasi universal Newton dirumuskan sebagai berikut:
Setiap massa titik menarik semua
massa titik lainnya dengan gaya segaris dengan garis yang menghubungkan kedua
titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus dengan perkalian kedua massa
tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua massa titik
tersebut.
F adalah besar dari gaya gravitasi antara kedua massa
titik tersebut
m1 adalah besar massa titik pertama
m2 adalah besar massa titik kedua
r adalah jarak antara kedua massa titik
Dalam
sistem
Internasional, F
diukur dalam newton (N), m1 dan m2
dalam kilograms (kg), r dalam meter
(m), dsn konstanta G kira-kira sama dengan 6,67 × 10−11 N m2
kg−2.
Dari
persamaan ini dapat diturunkan persamaan untuk menghitung Berat.
Berat suatu benda adalah hasil kali massa benda tersebut dengan percepatan
gravitasi bumi.
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: W
= mg. W adalah gaya berat benda tersebut, m adalah
massa dan g adalah percepatan gravitasi. Percepatan gravitasi ini
berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain.
Hukum
Newton tentang Gaya
Hukum I Newton (Hukum Kelembaman)
Jika
resultan gaya yang berkerja pada benda sama dengan nol maka benda yang sedang
diam akan tetap diam dan benda bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak
lurus beraturan
Hukum II Newton
Percepatan
suatu benda berbanding lurus dengan gaya yang berkerja pada benda tersebut dan
berbanding terbalik dengan massa benda tersebut.
dari
gerak balok dapat kita ketahui percepatan system di pengaruhi massa balok.
Contoh soal:
Berapakah
gaya yang di butuhkan untuk mempercepat gerak sebuah motor yang bermassa 500 kg
pada percepatan 6 m/s2?
Jawab :
F = m.a = 500 . 6 = 3000 N
Jawab :
F = m.a = 500 . 6 = 3000 N
Hukum III Newton (Hukum aksi dan reaksi)
Bila
benda A mengerjakan gaya pada benda B maka benda B akan mengerjakan gaya pada
benda A sama besar dengan arah yang berlawanan.
Introduksi Tiga
Hukum Kepler
Secara Umum
Hukum
hukum ini menjabarkan gerakan dua badan yang mengorbit satu sama lainnya. Masa
dari kedua badan ini bisa hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto
(~1:10), proporsi yang kecil, sebagain contol. Bulan—Bumi(~1:100),
atau perbandingan proporsi yang besar, sebagai contoh Merkurius—Matahari (~1:10,000,000).
Dalam
semua contoh diatas kedua badan mengorbit mengelilingi satu pusat masa,
barycenter, tidak satupun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun
kedua orbit itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika ratio
masanya besar, sebagai contoh planet mengelilingi matahari, barycenternya
terletak jauh di tengah obyek yang besar, dekat di titik masanya. Di dalam
contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi canggih untuk mendeteksi
pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar. Jadi, hukum Kepler
pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi matahari.
Karena
Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan matahari, dan tidak
mengenal generalitas hukumnya, artikel wikini ini hanya akan mendiskusikan
hukum diatas sehubingan dengan matahari dan planet-planetnya.
Hukum Pertama
Figure
2: Hukum Kepler pertama menempatkan Matahari di satu titik fokus edaran elips.
"Setiap planet bergerak dengan
lintasan elips, matahari berada di salah satu fokusnya."
Pada
zaman Kepler, klaim diatas adalah radikal. Kepercayaan yang berlaku (terutama
yang berbasis teori epicycle) adalah bahwa orbit harus didasari lingkaran
sempurna. Pengamatan ini sangat penting pada saat itu karena mendukung
pandangan alam semesta menurut Kopernikus. Ini tidak berarti ia kehilangan
relevansi dalam konteks yang lebih modern.
Meski
secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkaran, tetapi sebagian besar
planet planet mengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar
bisa dibilang mengaproximasi lingkaran. Jadi, kalau ditilik dari observasi
jalan edaran planet, tidak jelas kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun,
dari bukti perhitungan Kepler, orbit orbit itu adalah elips, yang juga
memeperbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari matahari untuk memiliki
orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli
astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh Pluto, yang diobservasi
pada akhir tahun 1930, terutama terlambat diketemukan karena bentuk orbitnya
yang sangat elipse dan kecil ukurannya.
Hukum Kedua
Figure
3: Illustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih cepat didekat
matahari dan lambat dijarak yang jauh. Sehingga jumlah area adalah sama pada
jangka waktu tertentu.
"Luas daerah yang disapu pada
selang waktu yang sama akan selalu sama."
Secara
matematis:
dimana
adalah
"areal velocity".
Hukum Ketiga
Planet
yang terletak jauh dari matahari memiliki perioda orbit yang lebih panjang dari
planet yang dekat letaknya. Hukum Kepelr ketiga menjabarkan hal tersebut secara
kuantitativ.
"Perioda kuadrat suatu planet
berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari matahari."
Secara
matematis:
dimana
P adalah period orbit planet dan a adalah axis semimajor orbitnya.
Konstant
proporsionalitasnya adalah semua sama untuk planet yang mengedar matahari.
e. Gaya Pegas
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis. Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula walaupun gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti ini disebut benda plastis. Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Bila pegas ditarik melebihi batasn tertentu maka benda itu tidak akan elastis lagi. Lalu bagaimanakah hubungan pertambahan panjang dengan gaya tarik?
Karena besarnya gaya pemulih sebanding besarnya pertambahan panjang, maka dapat dirumuskan bahwa:
dengan,
k = konstanta pegas
Fp = Gaya Pemulih (N)
x = Perpanjangan Pegas (m)
Persamaan inilah yang disebut dengan Hukum Hooke. Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan arah dengan arah perpanjangan.
3. Elastisitas dan Hukum Hooke
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis. Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula walaupun gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti ini disebut benda plastis. Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Bila pegas ditarik melebihi batasn tertentu maka benda itu tidak akan elastis lagi. Lalu bagaimanakah hubungan pertambahan panjang dengan gaya tarik?
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis. Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula walaupun gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti ini disebut benda plastis. Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Bila pegas ditarik melebihi batasn tertentu maka benda itu tidak akan elastis lagi. Lalu bagaimanakah hubungan pertambahan panjang dengan gaya tarik?
Karena besarnya gaya pemulih sebanding besarnya pertambahan panjang, maka dapat dirumuskan bahwa:
dengan,
k = konstanta pegas
Fp = Gaya Pemulih (N)
x = Perpanjangan Pegas (m)
Persamaan inilah yang disebut dengan Hukum Hooke. Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan arah dengan arah perpanjangan.
3. Elastisitas dan Hukum Hooke
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut dihilangkan, maka benda akan kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis. Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula walaupun gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti ini disebut benda plastis. Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Bila pegas ditarik melebihi batasn tertentu maka benda itu tidak akan elastis lagi. Lalu bagaimanakah hubungan pertambahan panjang dengan gaya tarik?
1. Karena besarnya gaya pemulih sebanding besarnya pertambahan
panjang, maka dapat dirumuskan bahwa:
dengan,
k = konstanta pegas
Fp = Gaya Pemulih (N)
x = Perpanjangan Pegas (m)
Persamaan inilah yang disebut dengan Hukum Hooke. Tanda
negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih berlawanan arah
dengan arah perpanjangan.
- Modulus Elastisitas
Yang dimaksud dengan Mosdulus
Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan. Modulus ini dapat
disebut dengan sebutan Modulus Young.
- Tegangan
(Stress)
Tegangan adalah gaya per satuan luas penampang. Satuan tegangan adalah N/m2 Secara matematis dapat dituliskan:
- Regangan
(Strain)
Regangan adalah perbandingan antara pertambahan panjang suatu batang terhadap panjang awal mulanya bila batang itu diberi gaya. Secara matematis dapat dituliskan:
Dari kedua persamaan di atas dan
pengertian modulus elastisitas, kita dapat mencari persamaan untuk menghitung
besarnya modulus elastisitas, yang tidak lain adalah:
Satuan untuk modulus elastisitas adalah N/m2
- Gerak Benda di Bawah Pengaruh Gaya Pegas
Bila suatu benda yang digantungkan
pada pegas ditarik sejauh x meter dan kemudian dilepas, maka benda akan
bergetar. Percepatan getarnya itu dapat dihitung dengan persamaan:
Dari persamaan di atas, kita mengetahui bahwa besarnya
percepatan getar (a) sebanding dan berlawanan arah dengan simpangan (x).
4. GERAK
HARMONIS SEDERHANA
Gerak harmonis sederhana yang dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari adalah getaran benda pada pegas dan getaran benda pada
ayunan sederhana. Kita akan mempelajarinya satu persatu.
Gerak Harmonis Sederhana pada Ayunan
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak
diberikan gaya maka benda akan diam di titik kesetimbangan B. Jika beban
ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B, C, lalu
kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan
kata lain beban pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana
Simpangan,
Kecepatan, dan Percepatan GHS
a. Simpangan GHS
1. Untuk menghitung besarnya simpangan pada gerak harmonis
sederhana digunakan rumus:
Bila besarnya sudut awal (Θ 0) adalah 0 maka
persamaan simpangannya menjadi:
dengan:
y = simpangan (m)
A = amplitudo atau simpangan maksimum (m)
t = waktu getar (s)
w = kecepatan sudut (rad/s)
y = simpangan (m)
A = amplitudo atau simpangan maksimum (m)
t = waktu getar (s)
w = kecepatan sudut (rad/s)
Simpangan akan bernilai maksimum (ymaks) jika sin wt = 1 sehingga persamaannya menjadi:
- Kecepatan GHS
Besarnya kecepatan gerak harmonis
dapat dicari dengan persamaan:
Besarnya kecepatan akan mencapai nilai maksimun bila
besarnya cos wt = 1, sehingga persamaannya menjadi:
- Percepatan GHS
Besarnya percepatan pada gerak
harmonis sederhana dapat dihitung dengan rumus:
Dan besarnya percepatan akan mencapai nilai maksimal
apabila besarnya sin wt = 1, sehingga:
Besarnya percepatan bernilai negatif menunjukkan arah
percepatan a berlawanan dengan arah perpindahan y (y adalah perpindahan dari
titik keseimbangan)
2.
Sudut Fase, Fase, dan Beda Fase GHS
Sudut Fase, Fase, dan Beda Fase GHS
3. Berdasarkan dari persamaan simpangan:
bila diturunkan akan menjadi,
bila diturunkan akan menjadi,
4. Faktor Θ disebut sudut fase, yaitu posisi sudut selama benda
bergerak harmonis.
5. Fase atau tingkat getar adalah sudut fase dibagi dengan sudut
tempuh selama satu putaran penuh. Sehingga besarnya fase dapat dihitung dari
persamaan:
6. Nilai fase biasanya hanya diambil bilangan pecahannya saja
Misalkannya saja besarnya fase getaran adalah 1/4, 11/4,
21/4 maka besarnya fase cukup disebut 1/4
saja karena posisi partikel yang bergetar untuk ketiga fase getar tersebut
sama. Bilangan bulat di depan pecahan, menunjukkan banyaknya getaran penuh yang
terlewati.
7. Pembahasan tentang fase dibagi menjadi dua, yaitu:
- Beda
fase getaran suatu titik dengan selang waktu t= t1 dan t= t2
Persamaan yang dipakai untuk menghitung besarnya beda fase dengan selang
waktu dari t1 sampai t2 adalah:
- Beda
fase dua getaran pada waktu sama
Kita juga dapat menghitung beda fase dua getaran pada waktu yang sama. Misalkan dua getaran masing - masing dengan periode T1 dan T2 maka beda fase keduanya setelah bergetar selama t sekon dapat dicari dengan persamaan:
Dua kedudukan tersebut akan dikatan sefase bila nilai beda fase merupakan bilangan cacah (tanpa pecahan ataupun desimal). Sebaliknya kedudukan akan dikatakan berlawanan fase apabila nilai beda fase berupa bilangan cacah+1/2(dengan pecahan ataupun desimal). - Superposisi Dua Simpangan Gerak Harmonis yang Segaris
Jika ada dua persamaan simpangan
yang dialami oleh suatu partikel pada saat yang sama, maka simpangan akibat
kedua getaran dapat dicaari dengan dua cara, yaitu secara grafis dan secara
maematis. Berikut adalah pembahasan mengenai kedua cara tersebut.
- Secara Grafis
Berikut adalah gambar Superposisi
dua gerak harmonis sederhana,
- Secara Matematis
Dalam perhitungan secara matematis
dua gerak harmonis memiliki simpangannya masing - masing. Untuk mencari
simpangan superposisinya maka kedua simpangan itu dijumlahkan (y = y1
+ y2) sehingga didapatkan persamaan sebagai berikut:
- Penurunan Rumus Periode (T) dan Frekuensi (f)
Dalam pembahasan suba bab ini, kita
akan membahasa mengenai Periode (T) dan frekuensi (f). Dalam bahasan ini, akan
membahas pula mengenai gaya pemulih. Karena itu, pembahasannya akan dibatasi
hanya sampai pada pegas dan ayunan sederhana.
- Pegas
Dalam pegas untuk perhitungan
Periodenya digunakan rumus:
sedangkan besarnya frekuensi berbanding terbalik dengan
periodenya ( f = 1/T), sehingga didapatkan rumus frekuensi sebagai berikut:
dengan,
m = massa beban (kg)
k = konstanta pegas (N/m)
Sedangkan bila konstanta pegas belum diketahui, konstatanya
dapat dihitung dengan persamaan:
dengan,
g = gaya gravitasi (9,8 N/kg atau 10 N/kg)
x = perpanjangan pegas (m)
Bila pegas yang dipakai lebih dari satu, maka untuk mencari
konstantanya harus menggunakan konstanta total. Untuk menghitung konstanta
total tergantung dari rangkaian pegas itu sendiri. Bila beberapa pegas
dirangkai secara seri, maka untuk mencari
konstanta totalnya mengunakan rumus:
Sedangkan untuk pegas yang dirangkai paralel mengunakan rumus:
- Ayunan Sederhana
Sedangkan dalam ayunan sederhana
untuk mencari besarnya Periode digunakan rumus:
Kemudian dalam mencari frekuensi, karena nilai frekuensi
berbanding terbalik dengan periode maka didapatkan rumus:
dengan,
l = panjang tali (m)
g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
5. USAHA DAN
ENERGI
a. USAHA
Usaha alias Kerja yang dilambangkan dengan huruf
W , digambarkan sebagai sesuatu yang dihasilkan oleh Gaya (F)
ketika Gaya bekerja pada benda hingga benda bergerak dalam jarak tertentu. Hal
yang paling sederhana adalah apabila Gaya (F) bernilai konstan
(baik besar maupun arahnya) dan benda yang dikenai Gaya bergerak pada lintasan
lurus dan searah dengan arah Gaya tersebut.
Secara matematis, usaha yang dilakukan oleh gaya
yang konstan didefinisikan sebagai hasil kali perpindahan dengan gaya yang
searah dengan perpindahan.
Persamaan matematisnya adalah :
W = Fs cos 0 = Fs (1) = Fs
W adalah usaha alias kerja, F adalah
besar gaya yang searah dengan perpindahan dan s adalah besar
perpindahan.
Apabila gaya konstan tidak searah dengan
perpindahan, sebagaimana tampak pada gambar di bawah, maka usaha yang dilakukan
oleh gaya pada benda didefinisikan sebagai perkalian antara perpindahan dengan
komponen gaya yang searah dengan perpindahan. Komponen gaya yang searah dengan
perpindahan adalah F cos teta
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Hasil perkalian antara besar gaya (F)
dan besar perpindahan (s) di atas merupakan bentuk perkalian titik
atau perkalian skalar. Karenanya usaha masuk dalam kategori besaran skalar.
Pelajari lagi perkalian vektor dan skalar kalau dirimu bingun… Persamaan di
atas bisa ditulis dalam bentuk seperti ini :
Satuan Usaha dalam Sistem Internasional (SI)
adalah newton-meter. Satuan newton-meter juga biasa disebut Joule ( 1 Joule = 1
N.m). menggunakan sistem CGS (Centimeter Gram Sekon), satuan usaha disebut erg.
1 erg = 1 dyne.cm. Dalam sistem British, usaha diukur dalam foot-pound
(kaki-pon). 1 Joule = 107 erg = 0,7376 ft.lb.
Perlu anda pahami dengan baik bahwa sebuah gaya
melakukan usaha apabila benda yang dikenai gaya mengalami perpindahan. Jika
benda tidak berpindah tempat maka gaya tidak melakukan usaha. Agar memudahkan
pemahaman anda, bayangkanlah anda sedang menenteng buku sambil diam di tempat.
Walaupun anda memberikan gaya pada buku tersebut, sebenarnya anda tidak
melakukan usaha karena buku tidak melakukan perpindahan. Ketika anda menenteng
atau menjinjing buku sambil berjalan lurus ke depan, ke belakang atau ke
samping, anda juga tidak melakukan usaha pada buku. Pada saat menenteng buku
atau menjinjing tas, arah gaya yang diberikan ke atas, tegak lurus dengan arah
perpindahan. Karena tegak lurus maka sudut yang dibentuk adalah 90o.
Cos 90o = 0, karenanya berdasarkan persamaan di atas, nilai usaha
sama dengan nol. Contoh lain adalah ketika dirimu mendorong tembok sampai
puyeng… jika tembok tidak berpindah tempat maka walaupun anda mendorong sampai
banjir keringat, anda tidak melakukan usaha. Kita dapat menyimpulkan bahwa
sebuah gaya tidak melakukan usaha apabila gaya tidak menghasilkan perpindahan
dan arah gaya tegak lurus dengan arah perpindahan.
b. ENERGI
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari membutuhkan energi. Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi
yang diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak
dan energi itu diperoleh dari bahan bakar. Hewan juga membutuhkan energi untuk
hidup, sebagaimana manusia dan tumbuhan.
Energi merupakan salah satu
konsep yang paling penting dalam fisika. Konsep yang sangat erat kaitannya
dengan usaha adalah konsep energi. Secara sederhana, energi merupakan kemampuan
melakukan usaha. Definisi yang sederhana ini sebenarnya kurang tepat atau
kurang valid untuk beberapa jenis energi (misalnya energi panas atau energi
cahaya tidak dapat melakukan kerja). Definisi tersebut hanya bersifat umum.
Secara umum, tanpa energi kita tidak dapat melakukan kerja. Sebagai contoh,
jika kita mendorong sepeda motor yang mogok, usaha alias kerja yang kita
lakukan menggerakan sepeda motor tersebut. Pada saat yang sama, energi kimia
dalam tubuh kita menjadi berkurang, karena sebagian energi kimia dalam tubuh
berubah menjadi energi kinetik
sepeda motor. Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Mengenai Hukum Kekekalan Energi akan kita kupas tuntas dalam pokok bahasan tersendiri.
6. MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
Definisi Momentum
Momentum adalah sebuah nilai dari perkalian materi yang bermassa / memiliki bobot dengan pergerakan / kecepatan. Dalam Fisika momentum dilambangkan dengan huruf ‘p’, secara matematis momentum dapat dirumuskan :
p= m . v
p = momentum, m = massa, v = kecepatan / viscositas (dalam fluida)
Momentum akan berubah seiring dengan perubahan massa dan kecepatan. Semakin cepat pergerakan suatu materi/benda akan semakin besar juga momentumnya. Semakin besar momentum, maka semakin dahsyat kekuatan yang dimiliki oleh suatu benda. Jika materi dalam keadaan diam, maka momentumnya sama dengan nol. Sebaliknya semakin cepat pergerakannya, semakin besar juga momentumnya. (Filosofi : Jika manusia tidak mau bergerak / malas, maka hasil kerjanya sama dengan nol).
Definisi Impuls
Impuls adalah selisih dari momentum atau momentum awal dikurangi momentum akhir. Dalam Fisika impuls dilambangkan dengan simbol / huruf "I". Secara matematis impuls dirumuskan :
I = p2 – p1 = ∆p
I = m.v2 – m.v1
I = m(v2 – v1)
I = m. ∆v
Karena m = F/a (bisa dibaca di Aplikasi Hukum Newton Dalam Kehidupan) , maka :
I = F/a . ∆v
I = [F/(∆v/∆t)] . ∆v
I = F . ∆t
F = I/∆t
I = impuls, p1 = momentum awal, p2 = momentum akhir, F = gaya, ∆t = waktu sentuh, ∆v = selisih kecepatan
Nah, dari rumus F = I/∆t inilah letak pemanfaatan aplikasi momentum dan impuls. Semakin kecil waktu sentuh, maka semakin besar gaya yang akan diterima benda. Semakin lama waktu sentuh, maka semakin kecil gaya yang diterima benda.
Aplikasi Momentum dan Impuls
Mobil di desain untuk mudah penyok, hal ini bertujuan untuk memperbesar waktu sentuh untuk memperkecil gaya yang diterima oleh pengendara. Dengan demikian diharapkan, keselamatan pengemudi lebih dapat terjamin. Jika kecepatannya besar, maka gaya yang diterima akan besar, sehingga pengendara akan mengalami kecelakaan yang fatal. Jadi pesan saya jangan ngebut, walaupun mobil sudah di design sedemikian rupa.
Balon udara pada mobil juga bertujuan untuk memperlambat waktu sentuh antara kepala pengemudi dengan setir mobil. Ingat, semakin besar waktu sentuh, maka semakin kecil gaya yang akan mengenai kepala pengemudi. Sabuk pengaman juga fungsi dan cara kerjanya sama dengan balon udara pada mobil, yakni untuk mengurangi waktu sentuh antara pengemudi dengan dashboard mobil pada saat bersentuhan.
sepeda motor. Usaha dilakukan ketika energi dipindahkan dari satu benda ke benda lain. Contoh ini juga menjelaskan salah satu konsep penting dalam sains, yakni kekekalan energi. Jumlah total energi pada sistem dan lingkungan bersifat kekal alias tetap. Energi tidak pernah hilang, tetapi hanya dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi menjadi bentuk energi lain. Mengenai Hukum Kekekalan Energi akan kita kupas tuntas dalam pokok bahasan tersendiri.
6. MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
Definisi Momentum
Momentum adalah sebuah nilai dari perkalian materi yang bermassa / memiliki bobot dengan pergerakan / kecepatan. Dalam Fisika momentum dilambangkan dengan huruf ‘p’, secara matematis momentum dapat dirumuskan :
p= m . v
p = momentum, m = massa, v = kecepatan / viscositas (dalam fluida)
Momentum akan berubah seiring dengan perubahan massa dan kecepatan. Semakin cepat pergerakan suatu materi/benda akan semakin besar juga momentumnya. Semakin besar momentum, maka semakin dahsyat kekuatan yang dimiliki oleh suatu benda. Jika materi dalam keadaan diam, maka momentumnya sama dengan nol. Sebaliknya semakin cepat pergerakannya, semakin besar juga momentumnya. (Filosofi : Jika manusia tidak mau bergerak / malas, maka hasil kerjanya sama dengan nol).
Definisi Impuls
Impuls adalah selisih dari momentum atau momentum awal dikurangi momentum akhir. Dalam Fisika impuls dilambangkan dengan simbol / huruf "I". Secara matematis impuls dirumuskan :
I = p2 – p1 = ∆p
I = m.v2 – m.v1
I = m(v2 – v1)
I = m. ∆v
Karena m = F/a (bisa dibaca di Aplikasi Hukum Newton Dalam Kehidupan) , maka :
I = F/a . ∆v
I = [F/(∆v/∆t)] . ∆v
I = F . ∆t
F = I/∆t
I = impuls, p1 = momentum awal, p2 = momentum akhir, F = gaya, ∆t = waktu sentuh, ∆v = selisih kecepatan
Nah, dari rumus F = I/∆t inilah letak pemanfaatan aplikasi momentum dan impuls. Semakin kecil waktu sentuh, maka semakin besar gaya yang akan diterima benda. Semakin lama waktu sentuh, maka semakin kecil gaya yang diterima benda.
Aplikasi Momentum dan Impuls
Mobil di desain untuk mudah penyok, hal ini bertujuan untuk memperbesar waktu sentuh untuk memperkecil gaya yang diterima oleh pengendara. Dengan demikian diharapkan, keselamatan pengemudi lebih dapat terjamin. Jika kecepatannya besar, maka gaya yang diterima akan besar, sehingga pengendara akan mengalami kecelakaan yang fatal. Jadi pesan saya jangan ngebut, walaupun mobil sudah di design sedemikian rupa.
Balon udara pada mobil juga bertujuan untuk memperlambat waktu sentuh antara kepala pengemudi dengan setir mobil. Ingat, semakin besar waktu sentuh, maka semakin kecil gaya yang akan mengenai kepala pengemudi. Sabuk pengaman juga fungsi dan cara kerjanya sama dengan balon udara pada mobil, yakni untuk mengurangi waktu sentuh antara pengemudi dengan dashboard mobil pada saat bersentuhan.
JENIS-JENIS TUMBUKAN
Perlu anda ketahui bahwa biasanya dua benda yang
bertumbukan bergerak mendekat satu dengan yang lain dan setelah bertumbukan
keduanya bergerak saling menjauhi. Ketika benda bergerak, maka tentu saja benda
memiliki kecepatan. Karena benda tersebut mempunyai kecepatan (dan massa), maka
benda itu pasti memiliki momentum (p = mv) dan juga Energi Kinetik (EK = ½ mv2).
TUMBUKAN LENTING SEMPURNA
Tumbukan lenting sempurna tu maksudnya
bagaimanakah ? Dua benda dikatakan melakukan Tumbukan lenting sempurna jika
Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sebelum tumbukan = momentum dan energi
kinetik setelah tumbukan. Dengan kata lain, pada tumbukan lenting sempurna
berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik.
Sekarang mari kita tinjau persamaan Hukum
Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik pada perisitiwa Tumbukan
Lenting Sempurna. Untuk memudahkan pemahaman dirimu, perhatikan gambar di
bawah.
Dua benda, benda 1 dan benda 2 bergerak saling
mendekat. Benda 1 bergerak dengan kecepatan v1 dan benda 2 bergerak
dengan kecepatan v2. Kedua benda itu bertumbukan dan terpantul dalam
arah yang berlawanan. Perhatikan bahwa kecepatan merupakan besaran vektor
sehingga dipengaruhi juga oleh arah. Sesuai dengan kesepakatan, arah ke kanan bertanda
positif dan arah ke kiri bertanda negatif. Karena memiliki massa dan kecepatan,
maka kedua benda memiliki momentum (p = mv) dan energi kinetik (EK
= ½ mv2). Total Momentum dan Energi Kinetik kedua benda sama,
baik sebelum tumbukan maupun setelah tumbukan.
Secara matematis, Hukum Kekekalan Momentum
dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
m1 = massa benda 1, m2
= massa benda 2
v1 = kecepatan benda sebelum
tumbukan dan v2 = kecepatan benda 2 Sebelum tumbukan
v’1 = kecepatan benda Setelah
tumbukan, v’2 = kecepatan benda 2 setelah tumbukan
Jika dinyatakan dalam momentum,
m1v1 = momentum benda 1
sebelum tumbukan, m1v’1 = momentum benda 1 setelah
tumbukan
m2v2 = momentum benda 2
sebelum tumbukan, m2v’2 = momentum benda 2 setelah
tumbukan
Pada Tumbukan Lenting Sempurna berlaku juga Hukum
Kekekalan Energi Kinetik. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut
TUMBUKAN
LENTING SEBAGIAN
Pada tumbukan lenting sebagian, Hukum Kekekalan
Energi Kinetik tidak berlaku karena ada perubahan energi kinetik terjadi ketika
pada saat tumbukan. Perubahan energi kinetik bisa berarti terjadi pengurangan
Energi Kinetik atau penambahan energi kinetik. Pengurangan energi kinetik
terjadi ketika sebagian energi kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti
energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total
energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Kebanyakan
tumbukan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam jenis ini,
di mana total energi kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal.
Tumbukan antara kelereng, tabrakan antara dua kendaraan, bola yang dipantulkan
ke lantai dan lenting ke udara, dll.
Sebaliknya, energi kinetik akhir total juga bisa
bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial
(misalnya energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah
peristiwa ledakan.
Suatu tumbukan lenting sebagian biasanya memiliki
koofisien elastisitas (e) berkisar antara 0 sampai 1. Secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut :
Bagaimana dengan Hukum Kekekalan Momentum ? Hukum
Kekekalan Momentum tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian,
dengan anggapan bahwa tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang
bertumbukan.
TUMBUKAN TIDAK LENTING SAMA SEKALI
Bagaimana dengan tumbukan tidak lenting sama
sekali ? suatu tumbukan dikatakan Tumbukan Tidak Lenting sama sekali apabila
dua benda yang bertumbukan bersatu alias saling menempel setelah tumbukan.
Salah satu contoh populer dari tumbukan tidak lenting sama sekali adalah
pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat yang sering
digunakan untuk mengukur laju proyektil, seperti peluru. Sebuah balok besar
yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya digantung seperti pendulum. Setelah
itu, sebutir peluru ditembakkan pada balok tersebut dan biasanya peluru
tertanam dalam balok. Sebagai akibat dari tumbukan tersebut, peluru dan balok
bersama-sama terayun ke atas sampai ketinggian tertentu (ketinggian maksimum). Lihat
gambar di bawah…
Apakah pada Tumbukan Tidak Lenting Sama
sekali berlaku hukum Kekekalan Momentum dan Hukum Kekekalan Energi Kinetik ?
Perhatikan gambar di atas. Hukum kekekalan
momentum hanya berlaku pada waktu yang sangat singkat ketika peluru dan balok
bertumbukan, karena pada saat itu belum ada gaya luar yang bekerja. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut :
m1v1 + m2v2
= m1v’1 + m2v’2
m1v1 + m2(0) =
(m1 + m2) v’
m1v1 = (m1 + m2)
v’—- persamaan 1
latihan soal kimia tentang laju
reaksi
Pilihan Ganda Latihan contoh soal
dan jawaban laju
reaksi 20 butir. 5 uraian Latihan contoh
soal dan jawaban laju
reaksi
Berilah tanda silang pada huruf A,
B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!
1. Larutan asam nitrat (HNO3) dengan
Mr = 63 mempunyai konsentrasi 1 molar, artinya … .
A. dalam 1 liter larutannya mengandung 63 gram HNO3
B. dalam 1 liter pelarut terdapat 63 gram HNO3
C. dalam 1 liter air mengandung 63 gram HNO3
D. sebanyak 63 gram HNO3 dilarutkan dalam 100 mL air
E. sebanyak 63 gram HNO3 dilarutkan sampai 100 mL
A. dalam 1 liter larutannya mengandung 63 gram HNO3
B. dalam 1 liter pelarut terdapat 63 gram HNO3
C. dalam 1 liter air mengandung 63 gram HNO3
D. sebanyak 63 gram HNO3 dilarutkan dalam 100 mL air
E. sebanyak 63 gram HNO3 dilarutkan sampai 100 mL
2. Molaritas asam nitrat pekat 63% dengan massa jenis 1,3 kg/liter
adalah … .
(Mr HNO3 = 63)
A. 6,3 M
B. 6,5 M
C. 10 M
D. 13 M
E. 63 M
(Mr HNO3 = 63)
A. 6,3 M
B. 6,5 M
C. 10 M
D. 13 M
E. 63 M
3. Jika ke dalam 10 mL larutan asam
sulfat (H2SO4) 2 M ditambahkan air sebanyak 90 mL, maka
konsentrasi larutan asam sulfat sekarang adalah … .
A. 0,002 M
B. 0,02 M
C. 0,2 M
D. 2 M
E. 20 M
A. 0,002 M
B. 0,02 M
C. 0,2 M
D. 2 M
E. 20 M
4. Sebanyak 10 mL larutan HCl 2 M
dicampur dengan 140 mL larutan HCl 0,5 M.
Konsentrasi larutan HCl sekarang adalah … .
A. 0,2 M
B. 0,3 M
C. 0,4 M
D. 0,5 M
E. 0,6 M
Konsentrasi larutan HCl sekarang adalah … .
A. 0,2 M
B. 0,3 M
C. 0,4 M
D. 0,5 M
E. 0,6 M
5. Larutan urea [CO(NH2)2]
dibuat dengan jalan melarutkan 3 gram urea ke dalam air sampai volume 250 mL.
Konsentrasi larutan urea yang dibuat adalah … .
(Mr urea = 60)
A. 0,1 M
B. 0,2 M
C. 0,3 M
D. 0,4 M
E. 0,5 M
(Mr urea = 60)
A. 0,1 M
B. 0,2 M
C. 0,3 M
D. 0,4 M
E. 0,5 M
6. Diketahui reaksi P + Q
R + S. Pernyataan yang benar untuk menunjukkan
laju reaksi adalah … .
A. vP = +[P]. t-1
B. vQ = +[Q]. t-1
C. vP = -[P]. t-1
D. vR = -[R]. t-1
E. vS = -[S]. t-1
laju reaksi adalah … .
A. vP = +[P]. t-1
B. vQ = +[Q]. t-1
C. vP = -[P]. t-1
D. vR = -[R]. t-1
E. vS = -[S]. t-1
7. Suatu reaksi melibatkan zat A dan
B, sehingga menghasilkan reaksi dengan persamaan A(g) + 2 B(g)
–> C(g). Konsentrasi awal zat A adalah 0,8 mol/liter.
Setelah 10 detik ternyata didapatkan 0,2 mol/liter zat C. Ungkapan laju
reaksi yang tepat bagi reaksi tersebut adalah … .
A. vA = 0,5/10 molar.detik-1
B. vA = (0,8 – 0,2)/10 molar.detik-1
C. vB = (0,8 – 0,4 )/10 molar.detik-1
D. vA = (0,8 – 0,2 )/10 molar.detik-1
E. vC = 0,2/10 molar.detik-1
A. vA = 0,5/10 molar.detik-1
B. vA = (0,8 – 0,2)/10 molar.detik-1
C. vB = (0,8 – 0,4 )/10 molar.detik-1
D. vA = (0,8 – 0,2 )/10 molar.detik-1
E. vC = 0,2/10 molar.detik-1
8. Di bawah ini yang tidak mempengaruhi
laju reaksi adalah … .
A. katalis
B. suhu
C. luas permukaan
D. gerak partikel
E. konsentrasi
A. katalis
B. suhu
C. luas permukaan
D. gerak partikel
E. konsentrasi
9. Pada percobaan yang mereaksikan
logam magnesium dengan larutan HCl didapatkan data sebagai berikut.
Percobaan
|
Massa Mg (gram)
|
Wujud Mg
|
Konsentrasi HCL (M)
|
Pengamatan
|
1
|
10
|
Sebuk
|
1
|
Timbul gas
|
2
|
10
|
Kepingan
|
1
|
Timbul gas
|
3
|
10
|
Batang
|
1
|
Timbul gas
|
4
|
10
|
Serbuk
|
2
|
Timbul gas
|
5
|
10
|
Batang
|
2
|
Timbul gas
|
Reaksi yang paling cepat terjadi
adalah pada percobaan ke- … .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
10. Suatu reaksi yang melibatkan zat
X dan Y menghasilkan reaksi sebagai berikut.
2 X(g) + 2 Y(g) → Z(g)
2 X(g) + 2 Y(g) → Z(g)
Diperoleh data bahwa reaksi tersebut
merupakan pangkat 2 terhadap pereaksi X dan orde total reaksi adalah 3. Rumus
persamaan laju reaksi yang benar bagi reaksi tersebut adalah … .
A. v = k [X]2[Y]
B. v = k [X][Y][Z]
C. v = k [X][Y]2
D. v = k [X]2[Z]
E. v = k [Z]3
A. v = k [X]2[Y]
B. v = k [X][Y][Z]
C. v = k [X][Y]2
D. v = k [X]2[Z]
E. v = k [Z]3
11. Dari reaksi A2B(g)
→2A(g) + B(g) diketahui bahwa reaksi tersebut berorde dua
terhadap A2B. Grafik yang menyatakan hubungan antara laju reaksi
dengan konsentrasi A2B adalah … .
A.
B.
C.
D.
E.
12. Dari percobaan reaksi:
CaCO3(s) + 2 HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g)
+ H2O(g)
diperoleh data data sebagai berikut.
Percobaan
|
Bentuk CaCO3
|
Konsentrasi 25 mL HCl (M)
|
Waktu reaksi (det.)
|
Suhu (oC)
|
1
|
10 gram serbuk
|
0,2
|
4
|
25
|
2
|
10 gram butiran
|
0,2
|
6
|
25
|
3
|
10 gram bongkahan
|
0,2
|
10
|
25
|
4
|
10 gram butiran
|
0,4
|
3
|
25
|
5
|
10 gram butiran
|
0,2
|
3
|
25
|
Pada percobaan 1 dan 3, laju reaksi
dipengaruhi oleh … .
A. temperatur
B. katalis
C. sifat-sifat
D. konsentrasi
E. luas permukaan
A. temperatur
B. katalis
C. sifat-sifat
D. konsentrasi
E. luas permukaan
13. Energi minimum yang diperlukan
oleh sebuah reaksi agar dapat berlangsung disebut energi … .
A. potensial
B. gerak
C. kinetik
D. reaksi
E. aktivasi
A. potensial
B. gerak
C. kinetik
D. reaksi
E. aktivasi
14. Kenaikan suhu akan mempercepat
laju reaksi. Hal tersebut disebabkan karena kenaikan suhu akan … .
A. menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi
B. memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
C. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
D. memperbesar tekanan ruang terjadinya reaksi
E. memperbesar luas permukaan
A. menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi
B. memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi
C. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
D. memperbesar tekanan ruang terjadinya reaksi
E. memperbesar luas permukaan
15. Laju reaksi dari suatu reaksi
tertentu menjadi dua kali lipat setiap kenaikan suhu 10 °C. Suatu reaksi
berlangsung pada suhu 30 °C. Jika suhu ditingkatkan menjadi 100 °C maka laju
reaksi akan menjadi … kali lebih cepat dari semula.
A. 128
B. 64
C. 32
D. 16
E. 8
A. 128
B. 64
C. 32
D. 16
E. 8
16. Untuk reaksi A + B C,
ternyata jika konsentrasi awal A dinaikkan menjadi dua kali (konsentrasi
B tetap), maka laju reaksi menjadi dua kali lebih besar. Bila
konsentrasi awal A dan B masing-masing dinaikkan tiga kali, maka
laju reaksi menjadi 27 kali lebih besar. Persamaan laju reaksi tersebut adalah
… .
A. v = k · [A]2[B]2
B. v = k · [A][B]
C. v = k · [A]2[B]
D. v = k · [A][B]3
E. v = k · [A] [B]2
A. v = k · [A]2[B]2
B. v = k · [A][B]
C. v = k · [A]2[B]
D. v = k · [A][B]3
E. v = k · [A] [B]2
17. Reaksi antara gas H2
dan O2 pada suhu 25 oC berlangsung sangat lambat, tetapi
ketika ditambah serbuk Pt, reaksi menjadi lebih cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh … .
A. temperatur
B. katalis
C. sifat-sifat
D. konsentrasi
E. luas permukaan
A. temperatur
B. katalis
C. sifat-sifat
D. konsentrasi
E. luas permukaan
18. Untuk reaksi A + B C +
D diperoleh data sebagai berikut.
Percobaan
|
[A] (mol/liter)
|
[B] (mol/liter)
|
Laju reaksi (mol.liter-1det.-1
|
1
|
0,1
|
0,1
|
x
|
2
|
0,2
|
0,2
|
8x
|
3
|
0,1
|
0,3
|
9x
|
Orde reaksi terhadap A adalah
… .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
19. Dari reaksi Br2(g)
+ 2 NO(g) –> 2 NOBr(g), diperoleh data eksperimen sebagai
berikut.
Percobaan
|
[NO] (mol/liter)
|
[Br2] (mol/liter)
|
Waktu pembentukan NOBr (detik)
|
1
|
0,1
|
0,1
|
108
|
2
|
0,1
|
0,2
|
48
|
3
|
0,2
|
0,1
|
24
|
4
|
0,3
|
0,1
|
12
|
Orde reaksi total dari reaksi
tersebut adalah … .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
20. Untuk reaksi P + Q +
R hasil, diperoleh data sebagai berikut.
No
|
[P] (M)
|
[Q] (M)
|
[R] (M)
|
Laju reaksi (M/detik)
|
1
|
0,10
|
0,10
|
0,10
|
0,100
|
2
|
0,10
|
0,10
|
0,05
|
0,025
|
3
|
0,10
|
0,20
|
0,05
|
0,050
|
4
|
0,20
|
0,20
|
0,10
|
0,400
|
Persamaan laju untuk reaksi tersebut
adalah … .
A. v = k [P]2[Q]
B. v = k [P]2[Q][R]
C. v = k [P][Q][R]
D. v = k [P][Q]2[R]
E. v = k [P][Q][R]2
A. v = k [P]2[Q]
B. v = k [P]2[Q][R]
C. v = k [P][Q][R]
D. v = k [P][Q]2[R]
E. v = k [P][Q][R]2
II. Essai
Jawablah Pertanyaan berikut dengan
singkat dan benar!
1. Asam klorida pekat mengandung 37% massa HCl dan massa jenis 1,19 kg/liter.
a. Berapakah molaritas larutan asam klorida tersebut? (Mr HCl = 36,5)
b. Berapa mL asam klorida ini diperlukan untuk membuat 500 mL larutan HCl 2 M?
2. Diketahui reaksi:
1. Asam klorida pekat mengandung 37% massa HCl dan massa jenis 1,19 kg/liter.
a. Berapakah molaritas larutan asam klorida tersebut? (Mr HCl = 36,5)
b. Berapa mL asam klorida ini diperlukan untuk membuat 500 mL larutan HCl 2 M?
2. Diketahui reaksi:
2 H2O2(aq)
+ 2 I–(aq) 2 H2O(l) + I2(aq)
Pada suatu percobaan, sebanyak 1
liter larutan H2O2 2 M dicampur dengan 1 liter
larutan I– 1 M. Ternyata setelah 10 detik terbentuk 0,04 mol
I2.
a. Tentukan laju reaksi pembentukan I2!
b. Tentukan laju reaksi untuk H2O2!
3. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kali suhu dinaikkan 10 °C. Jika laju reaksi pada suhu 25 °C adalah x molar/detik, tentukan laju reaksinya pada suhu 55 °C!
4. Reaksi antara gas nitrogen dioksida dengan gas CO:
NO2(g) + CO(g) NO(g) + CO2(g)
Reaksi tersebut mempunyai persamaan laju reaksi v = k · [NO2]2 · [CO].
a. Berapa orde reaksi terhadap masing-masing pereaksi?
b. Berapa orde reaksi totalnya?
c. Jika masing-masing konsentrasi pereaksi diperbesar dua kali semula, bagaimana dengan perubahan laju reaksinya?
d. Bagaimana perubahan laju reaksinya, jika konsentrasi NO2 diperbesar dua kali sedangkan konsentrasi CO dipertahankan tetap?
5. Diketahui data percobaan reaksi 2 A(g) + B(g) + C(g) hasil reaksi, sebagai berikut.
a. Tentukan laju reaksi pembentukan I2!
b. Tentukan laju reaksi untuk H2O2!
3. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kali suhu dinaikkan 10 °C. Jika laju reaksi pada suhu 25 °C adalah x molar/detik, tentukan laju reaksinya pada suhu 55 °C!
4. Reaksi antara gas nitrogen dioksida dengan gas CO:
NO2(g) + CO(g) NO(g) + CO2(g)
Reaksi tersebut mempunyai persamaan laju reaksi v = k · [NO2]2 · [CO].
a. Berapa orde reaksi terhadap masing-masing pereaksi?
b. Berapa orde reaksi totalnya?
c. Jika masing-masing konsentrasi pereaksi diperbesar dua kali semula, bagaimana dengan perubahan laju reaksinya?
d. Bagaimana perubahan laju reaksinya, jika konsentrasi NO2 diperbesar dua kali sedangkan konsentrasi CO dipertahankan tetap?
5. Diketahui data percobaan reaksi 2 A(g) + B(g) + C(g) hasil reaksi, sebagai berikut.
Percobaan
|
[A] (mol/liter)
|
[B] (mol/liter)
|
[C] (mol/liter)
|
v (M/detik)
|
1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
2
|
0,2
|
0,1
|
0,1
|
0,2
|
3
|
0,2
|
0,2
|
0,1
|
0,4
|
4
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,9
|
5
|
0,5
|
0,4
|
0,2
|
x
|
a. Tentukan persamaan laju
reaksinya!
b. Tentukan harga dan satuan tetapan jenis reaksi (k)!
c. Tentukan harga x!
b. Tentukan harga dan satuan tetapan jenis reaksi (k)!
c. Tentukan harga x!
Kunci Jawaban
I. Pilihan Ganda
1. A 11. C
3. C 13. E
5. B 15. A
7. B 17. B
9. D 19. C
I. Pilihan Ganda
1. A 11. C
3. C 13. E
5. B 15. A
7. B 17. B
9. D 19. C
II. Uraian
1. a. M = (kadar ×⍴ × 10) / Mr
= (37 × 1,19 × 10)/36,5
= 12,06 M
b. (M1V1)HCl
= (M2V2)HCl
12,06 × V1 = 2 × 500
V1 = 82,92 mL
3. Δt = (55 – 25) °C = 30 °C
v2 =2 (30/10)⋅ x = 23 · x = 8x
5. a. Persamaan laju reaksi: v =
k · [A]1 [B]1 [C]0
b. k = 1 (mol/liter)–2
· detik
c. v = 0,2 (mol/liter) . detik
0 comments:
Post a Comment