cerita mitos DEWI SRI (DEWI PADI)
DEWI SRI
(DEWI PADI)
Pada suatu
zaman, tersebutlah sebuah taman indah nan damai yaitu “Taman Sorga Loka”.
Ditempat tersebut berdiam seseorang yang bernama “Sunan Ibu” yang sedang
menunggu kehadiran “Dewi Sri Pohaci Long Kancana”. Dewi Sri melaporkan bahwa di
di suatu tempat di muka bumi yang bernama “Buana Panca Tengah” belum terdapat
“Cihaya” berupa sesuatu kebutuhan hidup umat manusia. Mendengar hal tersebut,
Sunan Ibu memerintahkan agar Dewi Sri berangkat ke Buana Panca Tengah.
Dewi Sri
tidaklah berkeberatan untuk berangkat ke Buana Panca Tengah asalkan
kepergiannya ditemani “Eyang Prabu Guruminda”. Permohonan Dewi Sri pun
dikabulkan oleh Sunan Ibu.Sebelum berangkat meninggalkan Sorga Loka, Eyang
Prabu Guruminda duduk bersemedi memohon petunjuk Hiang Dewanata. Setelah
selesai semedi dan memperoleh petunjuk, dengan kesaktiannya yang hanya dalam
waktu sekejap, wujud Dewi Sri berubah bentuk menjadi sebuah telur.
Setelah
semua persiapannya selesai, maka berangkatlah Eyang Guruminda mengiring Dewi
Sri dengan tujuan Negara Buana Panca Tengah. Dewi Sri yang berwujud sebagai
telur, disimpan dalam sebuah kotak bernama “Cupu Gilang Kencana”. Prabu
Guruminda setelah beberapa lama terbang ke setiap penjuru
utara-selatan-barat-timur yang pada akhirnya pada suatu ketika Cupu Gilang
Kencana terbuka dan “telur” di dalamnya pun terjatuhlah.
Sudah
menjadi kehendak yang maha kuasa, telur tersebut jatuh di suatu tempat yang
mana tempat itu dihuni oleh “Dewa Anta”. Dewa Anta yang mengetahui di tempat
bersemayamnya ada telur, maka telur itu pun dipelihara nya. Setelah beberapa
waktu lamanya, telur tersebut menetas dan lahirlah seorang putri yang sangat
cantik yang tiada lain adalah Dewi Sri.
Dalam
kedewasaannya dengan paras yang sangat cantik, maka tersiar berita ke seluruh
negri akan kecantikan dan sang putri, dan berdatanganlah raja-raja kerajaan
dengan maksud akan meminangnya sang putri untuk dijadikan permaisuri.
Dewi Sri
memperoleh pinangan dari para raja, tetapi Dewi Sri tidak merasa senang karena
bila ia menerima pinangan berarti ia telah mengingkari tugas dibebankan
kepadanya. Kepada setiap raja pun telah dijelaskan bahwa maksud kelahirannya
itu bukan semata-mata untuk mencari bakal suami, namun untuk melaksanakan tugas
dari Sunan Ibu di Taman Sorga Loka yaitu untuk menganugerahkan “CIHAYA” kepada
negara gelar Buana Panca Tengah.
Namun,
walaupun penjelasan telah disampaikan, pinangan terus-menerus berdatangan dan
oleh karenanya pada akhirnya Dewi Sri menderita tekanan bathin dan jatuh sakit.
Semakin lama, sakit yang di derita Dewi Sri semakin parah dan tibalah suatu
saat Sang Putri menyampaikan amanat terakhir “Bila tiba saat aku meninggal dan
bila kelak aku sudah disemayamkan, akan terdapat suatu keanehan-keanehan pada
pusaraku”. Dan akhirnya dengan kehendak yang Maha Kuasa, Dewi Sri pun meninggal
dunia.
Benarlah apa
yang diamanatkan oleh Sang putri akhirnya menjadi kenyataan. Dikisahkan pada
suatu hari, ada kakek-nenek yang sedang mencari kayu bakar dan sekedar mencari
bahan makanan untuk bekal hidupnya berdua.
Suatu ketika
kakek dan nenek mendapatkan sebuah pusara yang telah ditumbuhi oleh
tumbuh-tumbuhan yang belum pernah ditemui dan dilihatnya selama ini. Pada
bagian kepala tumbuh pohon kelapa, pada bagian tangan tumbuh pohon buah-buahan,
pada bagian kaki tumbuh pohon ubi, sedangkan pada bagian tubuhnya tumbuh pohon
aren (enau=gula) dan suatu tumbuhan yang sangat aneh dan belum pernah selama
ini kakek dan nenek menemukannya, dan baru kali ini melihatnya. Adalah
serangkai tumbuhan berdaunan bagus berbuah masih hijau berbulu bagus pula.
Maka muncul
niat kakek-nenek untuk memelihara tumbuhan aneh tersebut dan dibersihkannya
pusara dan sekitar tumbuhan tersebut. Demikian dari hari ke hari minggu ke
minggu dengan penuh kesabaran dan ketekunan tumbuhan itu dipeliharanya. Tak
terasa waktu berjalan terus hingga menjelang bulan ke 5, buah yang hijau tadi
telah penuh berisi, sehingga buah yang setangkai itu merunduk karena beratnya.
Dengan penuh kesabaran dan keyakinan lagi pula ingin mengetahui sampai di mana
dan apa sebenarnya tumbuhan yang aneh itu. Setelah beberapa lama menjelang
bulan ke 6 ditengoknya kembali tumbuhan tersebut dan ternyata butir-butir buah
tadi berubah menjadi menguning dan sangat indah nampaknya.
Setelah
keduanya termenung maka timbullah niat untuk memetiknya. Sebelum dipetik buah
tadi dicicip terlebih dahulu dan ternyata isinya putih dan terasa manis. Kakek
dan nenek menyiapkan dupa beserta apinya untuk membakar kemenyan untuk memohon
izin kepada “Hiang Widi”. Selesai upacara membakar kemenyan, ditebaslah tumbuhan
yang dimaksud dan alangkah terkejutnya kakek dan nenek itu karena pada tangkai
yang dipotong tadi mengeluarkan cairan bening serta harum, namun bagi kakek dan
nenek tidaklah menjadi penyesalan karena disadarinya bahwa kejadian ini sudah
menjadi kehendak yang kuasa.
Namun timbul
kemudian niatnya untuk menanamnya kembali, dan butir-butir buah tadi ditanamnya
kembali sekitar pusara Dewi Sri. Keajaibannya pun terjadi kembali karena dengan
seketika itu pula butir-butir tadi tumbuh dan sudah berbuah kuning pula. Kakek
dan nenek langsung menebasnya dan seketika itu pulalah ditaburkannya
butir-butir kuning itu demikian terus kejadian itu terulang sehingga
terkumpullah ikatan butir-butir buah kuning banyak sekali.
Atas
kejadian ini kakek dan nenek menjadi bingung karenanya, memperoleh hasil sangat
berlimpah dalam waktu sekejap. Dari asal buah setangkai. Lagi pula apa yang
mereka miliki belum tahu apa dan buah apa gerangan terlebih namanya pun belum
ada.
Demikian,
karena kakek dan nenek dalam kebingungan bahkan belum mendapat keputusan untuk
memberinya nama. Sehingga tiba-tiba nenek mengusulkan bahwa berhubung kakek dan
nenek selalu bingung tidak bisa ada keputusan dan sukar untuk memilih, yang
dalam bahasa Sunda disebut “paparelean”, maka disebutlah buah itu dengan nama
“Pare” (padi).
Demikian lah
akhir cerita ini. Hingga sekarang di tatar Sunda yang dimaksud sebagai Nagara
Buana Panca Tengah, hingga kini tumbuhan serta buahnya yang dimaksud disebut
“PARE”, yang merupakan cita-cita Dewi Sri Pohaci Long Kancana untuk kelengkapan
hidup yang disebut “CIHAYA”. Karenanya orang-orang selalu menyebut Dewi Padi
adalah Dewi Sri.
.
0 comments:
Post a Comment